TEMPO.CO, Jakarta – Menteri Koordinator Bidang Perekonomian, Airlangga Hartarto, memastikan penerapan biodiesel dengan kandungan 40 persen bahan bakar nabati (BNN) berbasis minyak sawit atau disebut biodiesel B40 akan diterapkan mulai tahun depan. Program mandatori biodiesel B40, kata Airlangga, akan dijalankan per 1 Januari 2025.
“Untuk biodiesel B40, kami berkomitmen untuk mulai pada tanggal 1 Januari,” ucap Airlangga dalam Konferensi Pers 12th Council of Palm Oil Producing Countries (CPOPC) Ministerial Meeting, Jumat, 29 November 2024.
Meskipun belakangan ini harga minyak sawit sedang melonjak tinggi, Airlangga menjamin kepastian bahwa biodiesel B40 akan tetap diterapkan. Ia menyebutkan, bila nantinya ada gap atau perbedaan harga akibat kenaikan harga minyak sawit, hal tersebut akan diatasi oleh Badan Pengelola Dana Perkebunan Kelapa Sawit (BPDPKS).
“BPDPKS akan bersedia untuk membiayai gap harga di bawah harga minyak sawit yang baru,” ujar politisi Golkar tersebut.
Ia juga mengatakan keputusan pemerintah untuk memberlakukan program mandatori bahan bakar minyak (BBM) biodiesel B40 ini mengundang pujian dari negara tetangga, yaitu Malaysia. Menurut dia, program tersebut dipuji karena berhasil berkontribusi dalam upaya mengurangi tingkat emisi secara global.
“Malaysia juga mengapresiasi program B40 yang dilakukan oleh Indonesia karena ini berkontribusi kepada dunia terutama dalam pengurangan emisi,” kata dia.
Ia juga menambahkan, penerapan biodiesel B40 ini sesuai dengan program besar dari Prabowo Subianto. Dimana dalam asta cita Prabowo ingin mencapai suatu ketahanan pangan, kemandirian pangan, kemandirian energi, serta hilirisasi industri perkebunan dalam hal ini sawit.
Sebelumnya Airlangga sempat menyebutkan bahwa pemberlakuan B40 akan menyedot banyak penggunaan minyak sawit mentah atau crude palm oil (CPO) sebagai bahan dasar untuk BBM tersebut. Namun, ia memastikan bahwa pasokan CPO akan tetap mencukupi untuk kebutuhan B40.