TEMPO.CO, Sragen – Komisi Kepolisian Nasional (Kompolnas) mendatangi rumah Andi Prabowo, ayah pelajar SMK korban penembakan oleh polisi di Semarang, Gamma Rizkynata Oktafandy, di Kelurahan Sine, Kecamatan Sragen Kota, Kabupaten Sragen, Jawa Tengah, Sabtu siang. Dua komisioner yang hadir adalah M Choirul Anam dan Supardi Hamid.
Pantauan Tempo, dua komisioner Kompolnas itu tiba di rumah Andi sekitar pukul 14.45 WIB. Keduanya diterima oleh Andi dan kakek Gamma, Siman, didampingi seorang tokoh masyarakat wilayah setempat.
Dalam pertemuan itu hadir pula Wakil Kepala Kepolisian Resor Sragen, Komisaris Muhammad Syuhada. Pada awal pertemuan, sejumlah awak media yang meliput kedatangan Kompolnas sempat mengambil foto pertemuan yang dilangsungkan di ruang tamu. Kemudian tokoh masyarakat yang hadir di tempat itu meminta awak media menunggu di luar karena pertemuan dilangsungkan secara tertutup.
Seusai pertemuan, Anam mengemukakan kedatangan Kompolnas menemui keluarga korban penembakan itu di Sragen untuk mengumpulkan data-data kasus tersebut. Ia menyebut proses itu sudah dimulai sejak Kompolnas berada di Semarang.
Menurut Anam, Kompolnas telah menemui sekolah dan salah satu keluarga korban di Semarang. Mereka juga telah bertemu dengan banyak anak, termasuk juga dengan para orang tua. “Dari situ kami mendapatkan banyak informasi dan berbagai kejadian dan perspektif yang kami dapatkan,” ujar Anam kepada wartawan, Sabtu, 30 November 2024.
Kompolnas juga telah bertemu dengan tim penyidik baik dari Kepolisian Resor Kota Besar (Polrestabes) Semarang, Kepolisian Daerah Jawa Tengah, maupun Propam.
“Kami ingin memastikan bahwa proses yang dilakukan harus profesional. Termasuk memastikan informasi yang beredar di publik adalah faktual, salah satu yang penting adalah adanya jejak digital,” ujarnya.
Jejak digital itu, kata Anam, akan menjadi bukti untuk memperjelas peristiwa yang menimpa GR. “Ini akan menjadi bahan utama agar peristiwa ini terang benderang dan keadilan bisa ditegakkan, itu juga harapan dari keluarga,” ucap dia.
Anam mengingatkan kepolisian agar dalam proses penyidikan tetap berpegang pada Sistem Peradilan Pidana Anak. “Salah satu yang penting, kami ingatkan terus, bahwa masalah anak-anak harus ditangani dengan pendekatan yang berbeda dibandingkan dengan orang dewasa. Anak-anak berhadapan dengan hukum harus mendapatkan perlakuan yang sensitif,” ujar dia.
Komisioner Kompolnas, Supardi Hamid, menambahkan bahwa pertemuan ini juga bertujuan mendorong agar proses penyidikan penembakan di Semarang berjalan secara profesional. Ia berharap perlakuan terhadap anak oleh polisi dapat segera diperbaiki. “Secara konstruktif, pihak kepolisian sudah menunjukkan antusiasme dalam menangani kasus ini,” kata dia.
Hal itu sudah dapat dilihat dari pelaku penembakan yang sudah menjalani proses sidang kode etik dan akan dilanjutkan dengan pemeriksaan tindak pidananya. “Kami akan mengawal semuanya agar kasus ini sesuai harapan kita penyelesaiannya dan harapan keluarga untuk bisa mendapatkan keadilan bisa tercapai,” kata Supardi.
Wakil keluarga korban, Subambang, mengucapkan terima kasih untuk kehadiran Kompolnas di Sragen untuk membenahi Polri dan sebagai transparansi penanganan kasus polisi tembak siswa SMK itu. “Harapan keluarga adalah agar proses penyidikan dapat tuntas secara profesional sehingga kebenaran formal dan material dapat terpenuhi,” kata Subambang.
Pilihan Editor: Pembunuhan di Lebak Bulus, Polisi: Dapat Bisikan Saat Susah Tidur