TEMPO.CO, Jakarta – Strict parents adalah salah satu bentuk pola asuh orangtua terhadap anak, yang menerapkan disiplin ketat dan dikenal dengan penuh aturan dan pengawasan. Strict parent memiliki banyak aturan yang tegas dan gaya pengasuhan yang tidak bisa ditawar saat menghadapi anak.
Pola asuh ini melibatkan berbagai pembatasan yang kaku terhadap anak. Pembatasan tersebut mencakup perilaku, pilihan, aktivitas, rutinitas, hingga ideologi anak. Karena itu, salah satu ciri strict parents adalah memiliki kontrol yang kuat atas berbagai aspek kehidupan anak. Mulai dari aktivitas sehari-hari hingga keputusan besar seperti pendidikan dan pergaulan.
Lantas, apa sebenarnya strict parents tersebut? Berikut rangkuman informasi selengkapnya beserta ciri-ciri dan dampak dari pola asuh ketat tersebut.
Strict Parents Adalah
Istilah strict parents berasal dari dua kata dalam bahasa Inggris, yakni strict dan parents. Mengutip dari Cambridge Dictionary, strict berarti secara keras membatasi kebebasan seseorang untuk bersikap atau cenderung menghukum dengan keras apabila seseorang tidak patuh. Sementara parents artinya adalah orangtua.
Dari pengertian tersebut, dapat disimpulkan bahwa strict parent adalah pola asuh orangtua yang secara keras membatasi kebebasan anaknya untuk bersikap dan akan menghukumnya apabila tidak patuh.
Dilansir dari Parenting for Brain, dalam psikologi, strict parents diartikan sebagai orangtua yang menetapkan standar dan tuntutan besar bagi anak-anaknya, dan menunjukkan sikap otoriter. Namun, sikap tegas ini sering kali berubah menjadi pola asuh yang cenderung keras atau kaku dalam praktiknya.
Ada banyak alasan mengapa orang tua menerapkan pola asuh strict parents. Dikutip dari Avery’s House Idaho beberapa alasan tersebut adalah untuk menanamkan kedisiplinan dan tanggung jawab, takut terhadap pengaruh negatif lingkungan, mendorong prestasi tinggi, kepercayaan atau budaya keluarga, hingga takut anak hilang kendali.
Ciri-Ciri Strict Parents
Terdapat sejumlah ciri-ciri orangtua yang menerapkan pola asuh strict parents. Berikut penjelasan selengkapnya.
1. Memiliki Banyak Aturan Ketat dan Tuntutan
Strict parents cenderung menerapkan aturan serta banyak tuntutan dan jarang memberikan pengecualian. Anak-anak diharapkan untuk mematuhi semua aturan tanpa pertanyaan, dan pelanggaran terhadap aturan ini biasanya akan menghasilkan hukuman.
2. Menuntut Kepatuhan
Strict parents mengharapkan anak-anak untuk mematuhi harapan dan aturan mereka tanpa pertanyaan atau penjelasan. Mereka juga menekankan ketaatan sebagai nilai utama tanpa ruang untuk diskusi.
3. Mengontrol Anak Secara Penuh
Strict parents sering kali tidak memberikan anak kesempatan untuk memahami atau menerima otoritas secara alami, melainkan memaksakan kontrol penuh, sehingga anak tidak terbiasa memahami alasan di balik aturan.
4. Memberi Hukuman
Orang tua yang ketat sering memberi hukuman pada anak yang melakukan pelanggaran aturan, sekecil apa pun. Tujuannya tujuan untuk memastikan bahwa anak belajar dari kesalahan mereka melalui konsekuensi yang keras.
5. Tidak Melibatkan Anak dalam Pengambilan Keputusan
Strict parents biasanya tidak melibatkan anak-anak dalam proses pengambilan keputusan. Mereka menganggap bahwa anak-anak tidak memiliki kapasitas untuk membuat keputusan yang tepat atau memahami situasi sepenuhnya.
6. Ekspektasi yang Terlalu Tinggi dan Tidak Realistis
Mereka sering kali memiliki harapan yang sangat tinggi dan kadang-kadang tidak realistis terhadap prestasi atau perilaku anak-anak mereka, tanpa mempertimbangkan kemampuan atau kondisi anak yang sebenarnya.
7. Merasa Selalu Benar
Mereka percaya bahwa mereka selalu benar dalam setiap situasi, dan keyakinan ini mendominasi interaksi mereka dengan anak-anak. Hal ini membuat komunikasi menjadi satu arah dan kurang fleksibel.
Dampak Strict Parents Pada Anak
Meski orangtua mungkin memiliki niat yang baik dengan menerapkan pola asuh strict parents, namun hal tersebut ternyata akan memberikan sejumlah dampak signifikan kepada anak. Mengutip dari Whiz, berikut beberapa dampak strict parents kepada anak.
1. Anak Lebih Sering Berbohong
Anak-anak yang terlalu dikekang akan takut mengatakan kebenaran. Jika mereka melakukan kesalahan, mereka akan menutupinya dengan berbohong. Karena mereka takut akan konsekuensi yang akan mereka terima.
2. Anak Kurang Percaya Diri
Orangtua yang otoriter juga dapat memberikan dampak buruk pada perkembangan karakter anak. Orangtua yang selalu mengambil hak untuk mengambil keputusan akan membuat anak-anaknya kehilangan kepercayaan diri dalam mengambil keputusan.
3. Mengembangkan Karakteristik Negatif
Anak adalah cerminan orang tuanya. Ucapan bijak itu sering terdengar dalam berbagai kesempatan. Namun, orang tua yang salah dalam mengasuh anak akan merusak perkembangan dan pembentukan karakter anak.
Orangtua yang impulsif, terlalu mengekang anak, dan tidak memberi kebebasan pada anak, pada akhirnya akan membuat anak menjadi agresif, temperamental, dan pemberontak.
4. Kurangnya Motivasi
Orang tua yang ambisius akan memaksa anak-anaknya untuk mengikuti kegiatan ekstrakurikuler atau kursus tertentu. Akibatnya, anak-anak akan kehilangan inisiatif karena orang tua sudah mengatur semua kebutuhan mereka. Selain itu, motivasi mereka juga rendah karena tidak diberi kebebasan sama sekali.
5. Hubungan Buruk Orangtua dan Anak
Orangtua yang menerapkan pola asuh terlalu keras akan berdampak buruk pada kemampuan bersosialisasi anak. Misalnya, mereka akan stres hingga sulit diterima dalam bersosialisasi, seperti dalam pertemanan.
Rizki Dewi Ayu berkontribusi dalam penulisan artikel ini.