Kesehatan

Sering Terbangun Tengah Malam? Tips Pakar untuk Atasi Gangguan Tidur di Masa Perimenopause

2
×

Sering Terbangun Tengah Malam? Tips Pakar untuk Atasi Gangguan Tidur di Masa Perimenopause

Share this article


TEMPO.CO, Jakarta – Perempuan yang telah memasuki masa perimenopause mungkin kerap terbangun di tengah malam atau dini hari, merasa gerah, berkeringat, gelisah, dan cemas sehingga tidak bisa tidur lagi. 

“Ada lebih dari 100 gejala perimenopause dan masalah tidur adalah salah satu faktor paling penting,” kata Dr. Sara Szal Gottfried, pakar hormon dan penulis buku laris The Hormone Cure, kepada HELLO!. 

“Wanita dua kali lebih berisiko mengalami insomnia, kebanyakan bermula saat perimenopause, dan mereka sering tidak peduli. Mereka tahu lebih sering terbangun dan bangun pagi dengan kondisi kurang istirahat. Tapi mereka tak paham kualitas tidur menurun dan lebih sering terjaga,” tambahnya.

Tingkatkan kadar kortisol
Alat pemantau tidur Oura memonitor tidur 100 ribu perempuan selama setahun dan menemukan lebih dari separuhnya mengalami gangguan tidur akibat hot flashes di masa perimenopause. Penelitian Oura mencatat hot flashes bisa terjadi selama 30 detik-10 menit, yang artinya setiap wanita kehilangan waktu tidur hingga dua jam dalam seminggu. Tentu saja hal ini tak baik karena bisa berdampak pada kesehatan mental dan fisik.

“Satu malam dengan kualitas tidur buruk bisa memicu produksi kortisol (hormon stres) lebih tinggi keesokan harinya. Akibatnya adalah uring-uringan, salah satu gejala perimenopause paling umum. Kondisi ini juga memicu produksi insulin lebih banyak sehingga Anda selalu ingin makan yang manis, menyebabkan sel-sel mati rasa terhadap insulin, yang bisa memicu pradiabetes, tekanan darah tinggi, dan merusak pembuluh darah,” jelas Gottfried.

Progesteron dan vitamin C
Fluktuasi hormon, terutama berkurangnya progesteron, juga menjadi penyebab orang terbangun di tengah malam. Pasalnya, sel-sel telur sudah berkurang sehingga tak bisa lagi memproduksi cukup hormon progesteron dan hormon estrogen pun juga sudah berkurang. Gottfried juga menyarankan konsumsi vitamin C, 750 mg sudah cukup untuk membantu meningkatkan kadar hormon progesteron. 

“Sulit untuk mendapatkannya hanya dari makanan sehingga kebanyakan orang butuh suplemen,” ujarnya. 

Ia juga menganjurkan perubahan gaya hidup untuk meningkatkan kesehatan, termasuk cukup tidur, karena sangat mempengaruhi produksi hormon.



Source link

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *