PENJUALAN mobil yang lesu membuat Gabungan Industri Kendaraan Bermotor Indonesia (Gaikindo) merevisi targetnya pada tahun ini. Dari sebelumnya 1,1 juta unit, kini para pelaku usaha mengharapkan minimal angka penjualan mobil bisa mencapai 850 ribu unit. Jika tak ada intervensi dari pemerintah, Gaikindo memperkirakan tren penurunan angka penjualan bisa berlanjut pada tahun depan.
Sekretaris Jenderal Gaikindo Kukuh Kumara mengatakan angka penjualan mobil menurun akibat beragam faktor. Salah satunya kenaikan tingkat suku bunga pada kuartal III 2023 hingga peningkatan kredit macet yang berujung pada pengetatan pemberian kredit oleh lembaga keuangan. Padahal sekitar 80 persen pembelian mobil mengandalkan kredit. Selain itu, ada pemilihan umum yang membuat masyarakat menahan belanja. Faktor lain adalah pelemahan daya beli masyarakat.
Itu sebabnya, hingga Oktober lalu, realisasi penjualan hanya mencapai 710.406 unit. Angka ini lebih rendah dari penjualan pada periode yang sama tahun lalu, yaitu 836.128 unit. “Mudah-mudahan di akhir tahun nanti bisa tercapai minimal 850 ribu,” kata Kukuh kepada Tempo, Jumat, 22 November 2024.
Kukuh mengungkapkan anggotanya masih optimistis bisa mengejar target baru tersebut. Salah satunya dengan mengandalkan beragam pameran untuk mendongkrak penjualan, seperti Gaikindo Indonesia International Auto Show (GIIAS) 2024 yang digelar tak hanya di Jakarta, tapi juga di Bandung, Semarang, dan Surabaya. Selain itu, ada GIICOMVEC 2024 yang menampilkan kendaraan komersial, bus, dan truk. Sejak 22 November kemarin, Gaikindo menggelar Jakarta Auto Week di ICE BSD City yang akan menjadi pameran besar terakhir tahun ini.
Untuk tahun depan, dia menilai angka penjualan sulit meningkat tanpa intervensi pemerintah. Pasalnya tren pelemahan daya beli berpotensi berlanjut seiring dengan rencana pemerintah menaikkan sejumlah tarif pajak yang akan menambah beban masyarakat. Pemerintah, antara lain, akan menaikkan pajak pertambahan nilai dari 11 persen menjadi 12 persen mulai 1 Januari 2025 serta mengoptimalkan opsen pajak kendaraan bermotor dan bea balik nama kendaraan bermotor (BBNKB) pada periode yang sama.
Kukuh menggambarkan, kenaikan 1 persen BBNKB berpotensi mengurangi volume penjualan kendaraan hingga 10 persen. “Kalau ada kenaikan sekitar 2 persen, mungkin turun 11-12 persen,” katanya.
Dia memperkirakan penjualan pada 2025 berada di bawah 1 juta unit lagi setelah ada perubahan sejumlah tarif pajak. Agar tak anjlok, dia berharap pemerintah mengambil langkah khusus. Apalagi industri otomotif termasuk salah satu kontributor di manufaktur Indonesia yang bisa mendorong pertumbuhan ekonomi. “Kalau angka penjualan otomotif turun, industri manufaktur juga terganggu,” tuturnya.
Melihat realisasi hingga Oktober 2024, Direktur Pemasaran PT Toyota Astra Motor Anton Jimmi Suwandy memastikan volume penjualan pada tahun ini lebih rendah dibanding pada 2023. Namun daya saing perusahaan tetap terjaga. “Market share Toyota tumbuh dari dulu 32 persen sekarang di atas 33 persen,” ujarnya.
Satu bulan lebih menuju tutup tahun, Toyota berupaya mengoptimalkan penjualan. Anton menyebutkan pameran menjadi salah satu stimulus buat menarik minat pelanggan. Dalam Gaikindo Jakarta Auto Week 2024, misalnya, Toyota menawarkan uang muka ringan, cicilan ringan, dan cicilan 0 persen.
Sementara itu, untuk tahun depan, Anton menyatakan industri akan sangat membutuhkan bantuan pemerintah untuk mengurangi efek kenaikan pajak yang bisa menekan daya beli masyarakat. “Kalau tidak ada insentif tambahan dan lainnya, penyesuaian tarif pajak akan jadi concern,” katanya.
Dia sudah berbicara dengan pemerintah dan yakin bakal ada diskusi lebih lanjut untuk membahas insentif yang tepat. Selain mengharapkan bantuan pemerintah, Toyota berupaya menarik minat masyarakat dengan menghadirkan produk baru.
Director of Sales and Network VinFast Indonesia Davy J. Tulian mengatakan masih optimistis terhadap pasar Indonesia. Menurut dia, penjualan mobil listrik cenderung lebih baik. Hingga akhir tahun pun, dia yakin bisa meningkatkan angka penjualan. Perusahaan menawarkan beragam insentif, seperti cicilan hingga 0 persen dan jaminan purnajual.
Davy tidak bersedia menyebutkan realisasi ataupun target penjualan VinFast pada tahun ini. “Target global kami menjual 80 ribu unit, termasuk di Indonesia,” ujarnya. Hingga Oktober lalu, perusahaan sudah menjual 55 ribu unit.
Dia juga tak begitu khawatir akan penjualan pada tahun depan meski ada kenaikan tarif sejumlah pajak. “Buat kami yang penting kami sediakan mobil terjangkau,” ucapnya. Perusahaan asal Vietnam ini menawarkan produk mereka dengan harga dari Rp 218 juta.
Menteri Perindustrian Agus Gumiwang Kartasasmita memberikan keterangan usai membuka pameran otomotif Gaikindo Jakarta Auto Week (GJAW) 2024 di ICE BSD, Tangerang, Banten, 22 November 2024. ANTARA/Fathur Rochman
Menteri Perindustrian Agus Gumiwang Kartasasmita menyatakan sudah mendengar keluhan para pelaku usaha mengenai kelesuan industri otomotif. “Sektor otomotif Indonesia, khususnya roda empat, sedang mendapat tekanan, dan kita tidak perlu menutupi. Kita harus berani menyatakan bahwa ada masalah. Dari situ, kita bisa coba cari penyebab dan solusinya,” ujarnya.
Agus mengatakan salah satu yang bakal pemerintah upayakan adalah menyediakan insentif untuk pembelian mobil listrik hibrida dan berbasis baterai. “Dalam waktu dekat akan dibahas. Nanti dikoordinasikan,” katanya.