Gaya Hidup

Mengenal Jenis Penyakit Demensia Frontotemporal dan Penyebabnya Seperti Dialami Aktor Bruce Willis

2
×

Mengenal Jenis Penyakit Demensia Frontotemporal dan Penyebabnya Seperti Dialami Aktor Bruce Willis

Share this article


TEMPO.CO, Jakarta – Aktor Hollywood, Bruce Willis telah dua tahun menderita demensia frontotemporal (FTD). Willis didiagnosa mengalami FTD setelah memutuskan untuk pensiun dari dunia akting Maret 2022 karena mengidap afasia.

Sebelumnya, Bruce Willis diketahui telah menunjukkan gejala mengalami kebingungan dan kesulitan mengingat dialog saat berada di lokasi syuting.

Dikutip dari New York Post,  FTD merupakan gangguan pada sistem otak yang menyebabkan kemunduran progresif neuron otak. Penyakit ini sering didapatkan pada individu berumur 45 hingga 64 tahun.

Penyebab dari kebanyakan kasus demensia frontotemporal tidak diketahui. “Ini (penyebabnya) tidak diketahui kecuali pada kasus langka yang berhubungan dengan mutasi gen tertentu. (Masih) diperlukan lebih banyak penelitian,” tutur Allison B. Reiss, dokter yang mempelajari penyakit Alzheimer, dikutip dari New York Post.

Hal serupa dilaporkan National Institute on Aging, dalam kebanyakan kasus, penyebab FTD tidak diketahui. Individu dengan riwayat keluarga dengan FTD lebih mungkin mengembangkan gangguan tersebut. Sekitar 10 hingga 30 persen bvFTD disebabkan oleh penyebab genetik yang spesifik.

FTD yang terjadi dalam sebuah keluarga sering kali berkaitan dengan varian (perubahan permanen) pada gen tertentu. Perubahan kecil pada gen dapat menghasilkan protein yang abnormal, yang dapat menyebabkan perubahan pada otak dan, pada akhirnya menimbulkan penyakit.

Gejala FTD sering disalahpahami, anggota keluarga dan teman mungkin mengira seseorang berperilaku buruk, sehingga menimbulkan kemarahan dan konflik. Penting untuk dipahami bahwa orang dengan gangguan ini tidak dapat mengendalikan perilaku dan gejala lainnya serta tidak memiliki kesadaran akan penyakit mereka.

Adapun terdapat tp tiga jenis gangguan frontotemporal (FTD) yakni demensia frontotemporal varian perilaku (bvFTD), afasia progresif primer (PPA), dan gangguan gerakan.

1. Demensia frontotemporal varian perilaku

FTD yang paling umum, bvFTD, melibatkan perubahan kepribadian, perilaku, dan penilaian. Orang dengan gangguan ini mungkin memiliki masalah dengan kognisi, tetapi ingatan mereka mungkin tetap relatif utuh. Gejalanya dapat meliputi:

  • Masalah perencanaan dan pengurutan.
  • Kesulitan memprioritaskan tugas atau kegiatan.
  • Mengulangi aktivitas yang sama atau mengucapkan kata yang sama berulang-ulang.
  • Bertindak secara impulsif atau mengatakan atau melakukan hal-hal yang tidak pantas tanpa mempertimbangkan bagaimana orang lain memandang perilaku tersebut.
  • Menjadi tidak tertarik pada keluarga atau kegiatan yang biasanya mereka pedulikan.
  • Seiring berjalannya waktu, masalah bahasa dan/atau gerakan dapat terjadi, dan orang yang hidup dengan bvFTD akan membutuhkan lebih banyak perawatan dan pengawasan.

2. Afasia progresif primer

Adapun primary progressive aphasia (PPA) dicirikan dengan adanya perubahan dalam kemampuan berkomunikasi  menggunakan bahasa untuk berbicara, membaca, menulis, dan memahami apa yang dikatakan orang lain. Hal ini termasuk kesulitan menggunakan atau memahami kata-kata (afasia) dan kesulitan berbicara dengan benar (misalnya, bicara cadel). Orang dengan PPA mungkin memiliki salah satu atau kedua gejala ini. Mereka mungkin menjadi bisu atau tidak dapat berbicara.

Dua gangguan gerakan neurologis langka yang terkait dengan FTD, yaitu sindrom kortikobasal dan kelumpuhan supranuklear progresif, terjadi ketika bagian otak yang mengontrol gerakan terpengaruh. Gangguan ini juga dapat memengaruhi kemampuan berpikir dan berbahasa.

Bagaimana FTD didiagnosis?

FTD dapat sulit didiagnosis karena gejalanya mirip dengan kondisi lain. Sebagai contoh, bvFTD kadang-kadang salah didiagnosis sebagai gangguan suasana hati, seperti depresi. Selain itu, yang lebih membingungkan lagi, seseorang dapat menderita FTD dan jenis demensia lain, seperti penyakit Alzheimer. Maka,berikut bagaimana demensia frontotemporal didiagnosis,

  • Dokter dapat melakukan pemeriksaan dan menanyakan gejala-gejala.
  • Melihat riwayat medis pribadi dan keluarga.
  • Menggunakan tes laboratorium untuk membantu menyingkirkan kondisi lain.
  • Memerintahkan pengujian genetik.
  • Melakukan tes untuk menilai daya ingat, kemampuan berpikir, kemampuan berbahasa, dan fungsi fisik.
  • Memesan pencitraan otak.

NI KADEK TRISNA CINTYA DEWI I GABRIELLA AMANDA | YOLANDA AGNE I PEOPLE | NEW YORK POST | USA TODAY | NIH



Source link

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *