TEMPO.CO, Jakarta – Memiliki rutinitas dan kesibukan membantu mengurangi tingkat keparahan attention deficit and hiperactivity disorder (ADHD). ADHD adalah gangguan mental yang menyebabkan pengidapnya menjadi hiperaktif dan sulit berkonsentrasi.
Studi terbaru menunjukkan bahwa memiliki rutinitas dan kesibukan memberikan manfaat bagi pengidap ADHD. Bahkan ketika gejala sudah lebih ringan, dia mampu menangani lebih banyak tuntutan.
“Sering kali, orang dengan ADHD tampaknya paling berhasil saat ada tenggat waktu yang mendesak atau saat taruhannya tinggi,” kata profesor psikiatri dan ilmu perilaku di Fakultas Kedokteran Universitas Washington di Seattle, Amerika Serikat, Margaret Sibley, yang memimpin penelitian tersebut seperti dilansir laman Channel News Asia, Minggu 17 November 2024.
Studi tersebut, yang dipublikasikan secara daring pada bulan Oktober di Journal of Clinical Psychiatry, melacak 483 pasien di Amerika Serikat dan Kanada yang masing-masing memiliki kombinasi gejala ADHD yang tidak perhatian dan hiperaktif-impulsif. Para peneliti mengikuti para peserta selama 16 tahun, dimulai pada usia rata-rata delapan tahun.
Mereka menemukan bahwa sekitar tiga perempat pasien mengalami fluktuasi gejala, umumnya dimulai sekitar usia 12 tahun, yang mencakup remisi gejala secara penuh atau sebagian.
Sibley mengatakan periode remisi tersebut lebih mungkin terjadi selama masa-masa sulit dalam hidup, misalnya, mereka yang bekerja atau bersekolah penuh waktu, membesarkan anak-anak, hidup mandiri, atau memiliki kewajiban finansial kepada orang lain selain diri mereka sendiri memiliki peluang lebih besar untuk memperbaiki gejala mereka.
Tidak semua pengidap ADHD bisa terbantu oleh kesibukan, menurut Craig Surman, direktur program klinis dan penelitian ADHD dewasa di Rumah Sakit Umum Massachusetts, yang tidak terlibat dalam penelitian ini. Respons gejala mereka bergantung pada apakah kemampuan dan kekuatan seseorang sesuai dengan apa yang diharapkan dari mereka sebagai pelajar, karyawan, atau pengasuh.
Keterbatasan studi yang diadakan Sibley adalah para peneliti mencatat “tuntutan lingkungan” setiap orang dalam interval dua tahun, alih-alih memeriksanya lebih sering.
Psikolog klinis anak dan remaja Douglas Tynan mencatat bahwa mereka yang menderita ADHD dapat mengalami kesulitan dengan tugas-tugas yang membosankan, seperti pekerjaan rumah tangga. Bagi orang-orang seperti itu, menggunakan strategi terorganisasi seperti membuat daftar tugas, juga diperlukan, tidak hanya saat beralih dari satu aktivitas ke aktivitas lain, tapi, juga saat kembali ke aktivitas yang sedang berlangsung.