TEMPO.CO, Jakarta – Panggung Plainsong Live Stage DI Joyland Festival pada Sabtu, 23 November 2024, menjadi ruang sakral bagi Majelis Lidah Berduri–yang sebelumnya dikenal sebagai Melancholic Bitch, untuk menampilkan repertoar Hujan Orang Mati. Album yang dirilis pada 11 November 2024 ini adalah karya mereka dengan nama baru. Dengan 14 trek, album ini memadukan duka personal para personelnya dengan eksplorasi teatrikal khas Teater Garasi, tempat seniman seperti Ugoran Prasad dan Yennu Ariendra berakar.
Panggung Musik Teatrikal Majelis Lidah Berduri
Tepat pukul 23.00 WIB, penampilan dimulai. Dengan jas putih dan celana hitam panjang, Ugoran, sang vokalis sekaligus dramaturg ulung, membuka pertunjukan dengan lagu ‘Hujan Orang Mati 1: Asam Lambung’. Didukung suguhan teatrikal dari para punggawa Teater Garasi, panggung berubah menjadi arena kolaborasi seni multidisiplin. Tiga pelakon dengan kostum kuda lumping membawa gerak bak kesurupan hingga tarian kaku seperti robot.
Majelis Lidah Berduri tak sekadar mengalunkan musik, mereka menghadirkan dimensi baru dengan narasi visual. Atmosfer panggung semakin hidup, bukan hanya melalui musik, tapi juga tarian dan ekspresi para pelakon. Lagu ‘Pagar’, dengan lirik “Tubuhmu tubuh debu tubuh tanah tubuh ibumu,” menghadirkan simbol perjuangan mempertahankan tanah yang dirampas oleh kekuasaan. Seorang penari solo kemudian menjadi pusat perhatian, geraknya menggambarkan kisah tentang seorang ibu—atau siapa pun yang berjuang mati-matian demi tanah mereka.
Lagu ‘Kabar dari Penyusup (Negara dalam Keadaan Kuncitara)’ membawa suasana yang lebih lirih. Gugusan duka lara yang dilantunkan dengan lirih memanggil setiap jiwa untuk merenung. Melalui lagu ini, Majelis Lidah Berduri mengajak penonton menelusuri lorong duka yang akrab bagi banyak orang. Penonton terlihat hanyut dengan lantunan lirik, beberapa bahkan berjingkrak mengikuti irama.
Suasana menjadi lebih teatrikal dengan lagu ‘Serampang’, yang menghadirkan penari latar mengenakan kepala traktor dan truk. Simbol-simbol ini seolah mengejek wajah modernisasi yang menghancurkan ekosistem dan ruang hidup manusia. Penampilan dilanjutkan dengan ‘Hujan Orang Mati 2: Lungkrah’, ketika Ugoran ikut menari bersama para penari latar, seakan melibatkan diri sepenuhnya dalam cerita yang mereka bawakan.
Memaknai Kematian sebagai Kebersamaan
Hujan Orang Mati lahir dari pengalaman kehilangan personal, namun berkembang menjadi refleksi universal tentang kematian. Setelah proses yang memakan waktu dua tahun, album ini berhasil merekam duka pribadi dan kolektif, menjelajahi ruang antara kehilangan dan kebersamaan.
Di gelaran malam itu, trek lain, ‘Janjian di Samarra (Cinta Mati)’, kemudian membawa penonton ke suasana yang penuh ketegangan. Lagu ini seolah menggambarkan ketakutan akan kematian. Puncak pertunjukan terjadi saat lagu ‘Hujan Orang Mati 3: Takut Mati dengan Berani’ dibawakan. Lirik “Aku takut mati kawan, aku takut mati jalan,” dinyanyikan bersama oleh penonton, seolah menjadi pengakuan kolektif tentang ketakutan menghadapi kematian.
Pertunjukan malam itu diakhiri dengan narasi teatrikal dari lagu ‘Surat Kepercayaan Gelagat’, yang menjadi latar penutup penuh renungan. Panggung Joyland Festival 2024 membuktikan bahwa Majelis Lidah Berduri tidak hanya tampil sebagai musisi, tapi juga sebagai seniman yang menyatukan musik, teater, dan seni pertunjukan dalam sebuah narasi utuh.
Penampil Joyland Festival Jakarta 2024
Digelar pada 22 hingga 24 November 2024, Joyland Festival Jakarta 2024 menghadirkan tiga headliner internasional; yaitu St. Vincent, Hyukoh & Sunset Rollercoaster, dan AIR. Adapun penampil internasional lain yang tampil meliputi Bombay Bicycle Club, MONO, Real Estate, Automatic, Brainstory, John Carroll Kirby, Balming Tiger, Bubble Tea and Cigarettes, DYGL, Silica Gel, dan Surprise Chef. Musisi Indonesia turut meramaikan festival ini; ada Efek Rumah Kaca, Majelis Lidah Berduri, Hindia, Lomba Sihir, Ali, Maliq & D’Essentials, The Adams, The S.I.G.I.T., .FEAST, BANK, hingga Sigmun.