TEMPO.CO, Jakarta – Di dunia industri kuliner, predikat suatu resto atau tempat makan mempengaruhi reputasi dan kinerja usaha. Jika mendapat predikat baik, usaha diyakini semakin maju. Dalam bisnis kuliner, penghargaan yang diyakini paling tinggi adalah Michelin Star.
Dengan label tersebut, suatu bisnis kuliner lebih dipandang berkelas. Label Michelin Star diyakini sebagai salah satu penghargaan tertinggi yang diberikan untuk resto atau tempat makan. Label Michelin Star yang disematkan pada sebuah resto akan sangat berpengaruh terhadap jumlah pelanggan. Oleh karenanya, Michelin Star bukan hanya sebagai labelling, namun juga dianggap sebagai pengakuan dan validasi.
Melansir dari Guide Michelin, Michelin Star telah menjadi lembaga penghargaan resto telah terkemuka di dunia. Memperoleh label Michelin Star merupakan sebuah kebanggan tersendiri. Predikat tersebut diberikan oleh Michelin Guide, sebuah panduan kuliner yang diterbitkan oleh perusahaan ban di Prancis.
Dua sosok dibalik perusahaan itu adalah Eduard dan Andre Michelin, kakak beradik yang memiliki perusahaan ban. Kedua kakak beradik ini tak hanya membuat ban. Namun juga menciptakan panduan wisata tahunan pada 1925 yang merangkum informasi seputar akomodasi perjalanan wisata seperti hotel, tempat wisata, dan restoran.
Dari ide tersebut kemudian secara bertahap berkembang menjadi lembaga penilaian restoran. Michelin Star kemudian diperkenalkan pada 1926 dan sejak saat itu lebih dikenal sebagai acuan penilaian bagi restoran yang dianggap memiliki kualitas pelayanan layanan luar biasa. Restoran ini akan menyematkan tanda bintang yang menunjukan tingkatan level restoran berdasarkan jumlah pertambahan pada bintang yang diberikan. Michelin akan memberikan maksimal tiga bintang untuk penilaian terbaik.
Berdasarkan data Standford Economic Review, pemberian penghargaan pada sebuah restoran berdampak signifikan pada penjualnnya, di mana rata-rata setelah menerima satu bintang akan meningkatkan penjualan sebesar 20 persen, dua bintang sebesar 40 persen dan tiga bintang menjadi sebesar 100 persen.
Tak hanya dari segi kuantitas penjualan harga produk makanan yang dijual di resto makanan setelah menerima penghargaan ini juga mengalami kenaikan yang cukup besar. Di mana resto penerima satu bintang rata-rata akan menaikan harga sebesar 14,8 persen, resto dengan dua bintang akan menaikkan harga sebesar 55,1 persen, dan restoran dengan tiga bintang akan menaikkan harga sebesar 80,2 persen. Resto-resto yang kehilangan bintang Michelin juga akan mengalami dampak penurunan harga hingga mencapai 76 persen.
Untuk menapatkan penghargaan ini makanan yang disajikan akan mendapat penilaian dari para chef terkenal kelas dunia. Melansir dari Chef Academy London, untuk mencari koki penilai Michellin akan memilih koki-koki terkenal dengan sangat ketat. Koki penilai di Michelin juga direkrut dari sekolah-sekolah kuliner terbaik.
Untuk menjadi koki Michelin juga tak sembarangan, harus menempuh beberapa jenjang karier di antaranya menjadi asisten dapur, kemudian naik ke tingkat junior, kemudian naik ke tingkat de partie, lalu naik ke tingkat sous chef hingga sampai di posisi koki. Tak hanya soal keahlian dalam mengolah bahan makanan menjadi menu maska yang lezat, namun faktor lain seperti kebersihan dapur akan menjadi penilaian peting bagi inspektur Michelin.
Adapun standar yang ditetapkan untuk memenuhi syarat mendapatkan bintang Michelin yaitu, restoran harus masuk dalam wilayah yang menjadi cakupan Michelin. Poin penting kedua resto harus memiliki penilaian yang baik dari masyarakat sekitar, para pelanggannya hingga kritikus makanan. Semakin terkenal sebuah resto maka akan menarik minat koki Michelin. Kemudian, koki akan menilai hidangan mulai dari kualitas bahan yang dijaga secara konsisten, dan tentunya cita ras dari makanan. Jika memenuhi kriteria sebuah resto akan disematkan bintang Michelin.
TIARA JUWITA | PUTRI ANI | MICHELIN.GUIDEĀ
Pilihan Editor: Selain Restoran, Michelin Guide Buat Penilaian untuk Hotel di Seluruh Dunia