Berita

Industri Otomotif Bakal Diberi Insentif, Menperin Ungkit Tantangan Suku Bunga Tinggi dan Kenaikan Bea Balik Nama

2
×

Industri Otomotif Bakal Diberi Insentif, Menperin Ungkit Tantangan Suku Bunga Tinggi dan Kenaikan Bea Balik Nama

Share this article


TEMPO.CO, Jakarta – Menteri Perindustrian (Menperin) Agus Gumiwang Kartasasmita mengatakan, pemerintah tengah merumuskan program insentif dan stimulus untuk membantu industri otomotif. Hal tersebut merespons lesunya sektor industri otomotif saat ini.

“Sektor industri otomotif sedang mengalami tantangan seperti tingginya suku bunga dan kenaikan bea balik nama,” ujar Agus dikutip dari keterangan tertulis, Sabtu, 23 November 2024.

Agus mengatakan, lesunya sektor industri otomotif ini memaksa Gabungan Industri Kendaraan Bermotor Indonesia (Gaikindo) menurunkan target penjualan dari 1 juta unit menjadi 850.000 unit pada tahun ini. Penurunan target penjualan tersebut adalah langkah realistis yang dapat diambil oleh Gaikindo.

Untuk menghindari dampak negatif dari pengurangan target penjualan tersebut, pemerintah akan turun tangan dengan mengeluarkan kebijakan program insentif agar industri otomotif bergairah kembali. Namun, mengenai besar maupun bentuk insentifnya, Agus mengatakan masih dalam proses pembahasan.

Sebelumnya, Sekretaris Jenderal Gaikindo Kukuh Kumara mengatakan penurunan target penjualan ini akan berdampak besar pada industri otomotif. Sebab, industri otomotif akan mengurangi produktivitasnya. Bahkan, pengurangan produktivitas ini bisa jadi memperbesar potensi pengurangan karyawan.

“Yang jelas produsen akan mengurangi produktivitas, yang pada akhirnya berdampak terhadap pengurangan sumber daya manusia,” kata dia.

Lesunya sektor industri otomotif ini sebelumnya telah dikeluhkan oleh Ketua Umum Gaikindo Jongkie Sugiarto. Dalam wawancara dengan Tempo pada Selasa, 24 September 2024 lalu, Jongkie mengatakan pesimis target penjualan 1 juta unit kendaraan dapat tercapai pada akhir tahun ini.

“Berat memang (untuk mencapai penjualan 1 juta kendaraan). Paling-paling kalau lihat angka sampai dengan bulan Agustus ini saya perkirakan nggak sampai 1 juta. Tapi coba kita tunggu dulu,” kata Jongkie.

Jongkie mengatakan, sempat ada kenaikan penjualan kendaraan, tapi angkanya kecil sekali dibandingkan bulan-bulan sebelumnya. “Kenaikannya dari bulan ke bukan paling hanya 1 atau 2 persen,” ujarnya.

Kondisi seperti ini, kata Jongkie, berimbas buruk terhadap industri otomotif di Indonesia. Industri otomotif yang terdiri dari berbagai sektor mulai dari komponen otomotif hingga retail, mengalami penurunan produk yang cukup parah. 

“Di bagian penjualan, di dealer biasanya bisa jual 5 mobil sebulan, sekarang hanya bisa 3 kan income-nya turun. Belum lagi perusahaan asuransi, leasing, perbankan. Dampaknya luas. Domino,”ujarnya.

Meski demikian, Jongkie menyatakan bahwa hingga saat ini ia belum menerima laporan adanya perusahaan yang melakukan pengurangan jumlah karyawam atau pemutusan hubungan kerja. Namun, ia tak memungkiri, turunnya penjualan yang berimbas pada pengurangan produksi produk otomotif berpengaruh cukup signifikan terhadap kondisi perekonomian industri otomotif serta sektor-sektor terkait.



Source link

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *