Aritmia jantung mungkin terasa seperti detak jantung yang berdebar-debar atau berdebar kencang. Dan beberapa aritmia jantung tidak berbahaya.
“Aritmia bisa menjadi kondisi yang dapat menyebabkan komplikasi serius jika tidak ditangani dengan baik. Oleh karena itu, penting untuk mengetahui faktor risiko, gejala, dan pilihan pengobatan yang tersedia untuk mencegah dan mengatasi aritmia,” jelas dr. Junaedi, SpJP(K), FIHA.
Aritmia juga dikelompokkan menjadi beberapa jenis berdasarkan bagian jantung yang terdampak. Dan inilah jenis-jenis aritmia yang perlu diwaspadai.
Aritmia Supraventrikular
(Aritmia terjadi ketika impuls listrik yang berfungsi mengatur detak jantung tidak bekerja dengan baik. Foto: Ilustrasi/Dok. Pexels.com)
Jenis aritmia ini terjadi pada atrium jantung bagian atas, yaitu bagian yang menjadi tempat masuknya darah dari tubuh ke dalam jantung. Gejala utama aritmia supraventrikular menurut Siloam Hospital adalah detak jantung cepat, yakni melebihi 100 detak/menit (bpm).
Aritmia supraventrikular ini dibedakan menjadi beberapa jenis, yaitu:
a. Atrial Fibrilasi
Kondisi ini ditandai dengan detak jantung sangat cepat, bahkan bisa mencapai 400 detak/menit. Kondisi ini kerap dialami oleh pria lanjut usia, pengidap diabetes, hipertensi, penyakit paru-paru, dan gagal jantung.
B. Atrial Flutter
Merupakan aritmia yang ditandai dengan denyut jantung berkisar 250–350 kali per menit. Boleh dibilang, atrial flutter memiliki denyut jantung cepat yang lebih teratur.
C. Takikardia Supraventrikular Paroksismal (PSVT)
Gejalanya kerap terjadi saat pengidapnya sedang melakukan aktivitas fisik berat atau disebabkan oleh kelainan jantung.
Baca juga: Penyebab Utama Aritmia dan Cara Mengelolanya
Aritmia Ventrikular
Jenis ini merupakan gangguan irama jantung yang terjadi pada bilik jantung. Kondisi ini perlu ditangani dengan tepat dan segera karena berisiko menghentikan pompa aliran darah ke seluruh tubuh. Aritmia ventrikular ada dua jenis:
a. Takikardia Ventrikel
Merupakan kondisi berupa denyut jantung terlalu cepat yang disebabkan adanya sinyal listrik abnormal pada ventrikel jantung. Karena itu, pengidap takikardia ventrikel kerap mengeluhkan gejala berupa pusing, sesak napas, hingga kehilangan kesadaran.
b. Fibrilasi Ventrikel
Kondisi ini dipicu oleh gangguan listrik pada otot ventrikel jantung. Dinilai berbahaya karena dapat menghentikan aliran darah menuju jantung yang mengakibatkan jantung kekurangan oksigen dan membuat detak jantung tidak normal. Jika tidak segera ditangani, pengidapnya berisiko tinggi mengalami henti jantung yang mengancam nyawa.
Bradikardia
Detak jantung pada bradikardia melambat, yakni di bawah 60 kali/menit. Namun, hal ini bukan selalu menjadi indikasi adanya masalah jantung. Bisa saja hal ini disebabkan oleh:
– Conduction block, yakni terhambatnya jalur sinyal kelistrikan pada nodus atrioventrikular/AV (jalur yang terletak di antara ventrikel dan atrium)
– Sick sinus syndrome, di mana sinus node tidak mengirimkan sinyal listrik dengan benar sehingga membuat denyut jantung menjadi tidak beraturan dan kerap dialami oleh orang lanjut usia
Kontraksi ventrikel prematur
Merupakan salah satu jenis denyut jantung prematur yang perlu diwaspadai. Kondisi ini terjadi karena adanya sinyal listrik prematur dari ventrikel yang memerintah jantung untuk berdetak lebih awal dari yang seharusnya.
Pengidap aritmia pada umumnya merasakan adanya jeda singkat diikuti oleh detak jantung yang lebih kuat dari biasanya, baru kemudian kembali lagi ke irama jantung normal.
Kondisi ini dapat dialami oleh seseorang yang mengidap penyakit jantung ataupun tidak. Pun bisa dipicu oleh, stres, melakukan aktivitas fisik berat secara berlebihan, serta mengonsumsi kafein atau nikotin berlebihan.
Gejala aritmia secara umum
Aritmia jantung mungkin tidak menimbulkan gejala apa pun. Detak jantung yang tidak teratur mungkin terlihat saat pemeriksaan kesehatan karena alasan lain. Namun gejala aritmia yang umum menurut Mayo Clinic, termasuk:
- – Flutter, Flutter atau Thump di Dada
- – Detak jantung yang cepat
- – Detak jantung lambat
- – Nyeri dada
- – Sesak napas
Gejala lain mungkin termasuk, kecemasan, merasa sangat lelah, sakit kepala ringan atau pusing, berkeringat, bahkan bisa hampir pingsan atau pingsan.
Diagnosis aritmia sendiri dapat dilakukan melalui pemeriksaan fisik, elektrokardiogram (EKG), monitor Holter, dan studi elektrofisiologi. Pemeriksaan penunjang ini dapat menunjukkan detak jantung yang tidak teratur, perubahan irama jantung, atau tanda-tanda kerusakan jantung.
Perawatan aritmia jantung
Tujuan pengobatan aritmia jantung adalah untuk mengontrol atau menghilangkan detak jantung yang cepat, lambat, atau tidak teratur. Taoi sebenarnya, penanganan aritmia tergantung pada jenis dan tingkat keparahannya. Beberapa pilihan pengobatan yang umum dilakukan antara lain:
– Obat-obatan, untuk mengontrol irama jantung
– Ablasi, dapat menghancurkan jalur listrik yang menyebabkan aritmia
– Pemasangan alat pacu jantung, di mana bisa mengatur irama jantung
– Defibrillator yang dapat ditanam, berguna memberikan kejutan listrik ke jantung jika terjadi aritmia yang mengancam jiwa
Jangan anggap remeh aritmia, karena dapat menimbulkan komplikasi yang serius, seperti stroke, gagal jantung, atau bahkan kematian mendadak. Oleh karena itu, penting untuk segera berkonsultasi dengan dokter jika mengalami gejala aritmia.
Gaya hidup sehat jantung juga bisa membantu mencegah kerusakan jantung yang dapat memicu beberapa aritmia jantung. Jadi, dengan penanganan yang tepat, sebagian besar penderita aritmia dapat hidup sehat dan produktif.
Untuk lebih lengkapnya, kamu bisa menyimaknya dalam program Menjadi sehat Dari TV Metro.
dan mengikuti Saluran whatsapp medcom.id