Setelah itu seremoni pembukaan secara resmi dilakukan dengan memukul kentongan dari bambu dengan irama tak beraturan namun membentuk harmoni bunyi
Berikutnya Memet Chairul Slamet tampil di bibir kolam Umbul Besuki tidak hanya dengan alat musik, tapi juga beberapa atribut seperti kaleng bekas, infus, botol-botol toples berisi air yang menjadi “alat musik baru” dan menjadikan itu semua sebagai sumber bunyi yang yang disintesiskan dalam sequencer musik digital. Empat komposisi eksperimental berjudul “Water and I” yang di bawakan bersama Joko Gombloh (bass) dan Adi Wijaya (keyboard) diatas kolam Umbul Besuki memberikan nuansa baru pada konsep jazz ini.
Komunitas Jazz Indonesia yang diwakili oleh Pilipe Solo Jazz Activity komunitas musik yang mewadahi musisi maupun penikmat musik jazz di kota Solo membawakan lagu-lagu standar jazz seperti “the Girl From Ipanema” dan menjadi jembatan bagi ekspresi-ekspresi etno jazz yang ada di antara wilayah rural dan urban. Etno jazz atau boleh disebut world jazz adalah genre baru yang sedang memiliki daya pikat kuat bagi musisi dan penikmat musik jazz.
Berikutnya ada Keroncong Jazz Lastarya dari kota Yogyakarta menampilkan perpaduan harmoni nuansa Keroncong dan Jazz, melakukan eksplorasi karya-karya musik seperti “Cheek to Cheek, Donna Lee” hingga “Caravan” atau “Keroncong Tanah Airku”.
Kelompok etno jazz Smara Tantra dari kota Solo menyusul membawakan musik tradisi dari berbagai daerah dalam ekspresi band Jazz, serasa bertamasya mengelilingi Nusantara dengan nomor “Ramayana”, “Sargede”, dan “Shara”.
Menyusul berikutnya membersamai sajian harmoni keselarasan alam Vertigong mengajak Silir Wangi, pesinden asal Klaten yang merupakan seorang eksplorer Vokal etnis terbaik yang dimiliki Indonesia, dan sudah melalang buana ke banyak panggung internasional lewat dua lagu “Me-Grand” dan “Sensualijazz”.