Para penjual yang memadati Jalan Dr Leimena. Mereka melapak barang dagangan mereka dengan cara yang sederhana. Jualan tanpa penataan karena tempat mereka tidak permanen.
IRMAWATI
Tello
Sehari menjelang Ramadan, ratusan warga memadati pasar tumpah di Pasar Tello sepanjang Jalan Dr Leimena pada Jumat, 28 Februari 2025. Aktivitas di pasar ini dimulai dari pukul 06.00 WITA hingga menjelang waktu zuhur, sekitar pukul 10.00 WITA. Pasar ini dipenuhi oleh pedagang yang menawarkan buah-buahan segar dan berbagai buah lokal, seperti mangga, jambu, delima, dan pisang.
Di bagian tertentu pasar, akan menemukan berbagai bunga. Bagi pecinta mode, terdapat pula deretan penjual pakaian baru dan barang bekas yang menawarkan pakaian dengan berbagai pilihan model unik dan harga terjangkau.
Selain itu, terdapat juga berbagai aksesori dan perabotan rumah tangga yang dijajakan di pasar ini. Pastikan menjelajahi setiap sudut pasar agar tidak melewatkan hal-hal menarik. Pedagang akan menyetor Rp4.000, sudah termasuk uang keamanan dan uang distribusi untuk pasar.
“Penjual seperti kami hanya berjualan hingga pukul 10 pagi, berbeda dengan penjual yang baru akan berjualan takjil pada sore hari. Namun, ada juga beberapa penjual sayur yang berjualan pada sore hari,” jelas, Anto, seorang pedagang buah ini.
Pria berusia 55 tahun ini menambahkan, jumlah pedagang sudah mulai bertambah, termasuk dirinya yang baru lima hari berjualan buah-buahan. Awalnya, hanya pedagang di sebelah kiri jalan yang berjualan, namun saat ini sudah ada beberapa pedagang di sebelah kanan dan kemungkinan akan bertambah lagi.
“Di arah Antang, Jalan Dr Leimena dan arah naik ke Daya, ada beberapa pedagang yang bertambah sejak tiga hari yang lalu, seperti penjual buah dan penjual roti Maros,” ujar M. Gaffur, seorang pedagang telur.
Di tengah padatnya pembeli di daerah ini, beberapa pedagang telur juga mengeluhkan kenaikan harga telur yang berasal dari kandang tempat pengambilan dan diprediksi akan terus naik hingga Rp60.000 per rak ukuran jumbo. “Kami tidak mengambil untung banyak dari kenaikan harga telur ini karena harga dari pusat tempat pengambilan memang tinggi,” jelas M. Gaffur.
Terdapat penjual buah-buahan seperti nanas, sayur-mayur, bunga, topi, hingga kaus kaki yang disusun berjejer. Di sebelah kanan para penjual ini, bertambah beberapa penjual roti Maros yang awalnya hanya ada penjual air tahu.
Tak hanya itu, keluhan kenaikan harga jual juga dirasakan oleh Sandi, penjual ayam tua yang berjualan tepat di depan SPBU, Jalan Gunung Bawakaraeng. Ia menyampaikan kenaikan harga ayam per ekor, yang biasanya hanya Rp80 ribu dan saat ini harganya mencapai Rp120 ribu per ekor. (irm/*)