TEMPO.CO, Jakarta – Pemegang waralaba Carrefour di Timur Tengah, Majid Al Futtaim, mengatakan bahwa mereka mengganti Carrefour di Yordania dengan merek baru, Hypermax, yang akan berfokus pada produk lokal. Demikian dilaporkan Al Jazeera.
Majid Al Futtaim, pemegang waralaba eksklusif Timur Tengah untuk peritel asal Prancis tersebut, mengaitkan langkah ini dengan fakta bahwa mereka “secara teratur meninjau dan menilai bisnisnya untuk memastikan bahwa mereka tetap lincah beradaptasi dengan dinamika pasar yang terus berkembang”.
Namun Carrefour, yang diluncurkan di Israel pada Mei tahun lalu di bawah perjanjian waralaba, telah menjadi sasaran gerakan Boikot, Divestasi, Sanksi (BDS) yang dipimpin oleh Palestina atas bisnisnya di negara tersebut.
“Mulai 4 November 2024, Carrefour akan menghentikan semua operasinya di Yordania dan menghentikan kegiatannya di dalam kerajaan,” tulis Carrefour dalam sebuah pernyataan di Facebook, seperti dikutip Anadolu.
Perusahaan mengungkapkan rasa terima kasihnya kepada para pelanggannya, dengan menambahkan: “Kami berterima kasih kepada para pelanggan kami atas dukungan mereka dan meminta maaf atas ketidaknyamanan yang mungkin ditimbulkan oleh keputusan ini.”
Unggahan Facebook Carrefour Yordania tersebut telah dibagikan lebih dari 7.000 kali dengan banyak komentar yang mengaitkan penutupan tersebut dengan kampanye boikot atas perang Israel di Jalur Gaza.
Majid Al Futtaim mengatakan bahwa Hypermax, sebuah “jaringan toko kelontong Arab yang baru”, akan diluncurkan di seluruh 34 tokonya di Yordania.
Sejak 7 Oktober 2023, merek-merek internasional besar menghadapi boikot internasional sebagai akibat dari kemarahan publik atas dukungan langsung atau tidak langsung mereka terhadap Israel yang mengebom Gaza.
Bulan lalu, jaringan restoran cepat saji Mcdonald’s melaporkan penurunan penjualan untuk kuartal kedua berturut-turut. Cabang McDonald’s di Israel membagikan makanan gratis kepada anggota pasukan pendudukan Israel dan terus memberikan makanan gratis atau diskon kepada anggota militer yang masih aktif sebagai upaya untuk mendukung pengeboman Gaza.
Pilihan Editor: Satgas Ungkap Kendala Menangani Pengungsi Rohingya