Liputan6.com, Jakarta – Pilkada Jakarta 2024 tinggal hitungan hari. Debat pamungkas akan menjadi referensi terakhir bagi warga Jakarta untuk memilih pemimpin mereka selama lima tahun ke depan.
Debat ketiga atau terakhir akan berlangsung di Hotel Sultan, Jakarta Pusat, pukul 19.00 WIB, Minggu (17/11/2024). Debat akan berlangsung selama 150 menit.
Temanya adalah ‘Lingkungan Perkotaan dan Perubahan Iklim’. Total, ada enam ruang lingkup yang akan diperdebatkan para pasangan calon.
Rinciannya mengenai penanganan banjir, penataan permukiman, penurunan emisi dan polusi udara, serta transisi energi terbarukan, pengelolaan sampah, ketersediaan air bersih, kota layak huni dan penataan ruang terbuka hijau.
Ini menjadi kesempatan bagi ketiga paslon, yakni Ridwan Kamil–Suswono, Dharma Pongrekun-Kun Wardana, dan Pramono Anung–Rano Karno untuk memikat hati warga Jakarta.
Perang Narasi
Direktur Eksekutif Aljabar Strategic Arifki Chaniago menilai debat ketiga Pilgub Jakarta akan menjadi perang narasi. Apalagi elektabilitas Ridwan Kamil sedang turun dan dikejar Pramono Anung.
“Jadi tentu RK getol memenangkan debat, walau kita tahu debat tak terlalu signifikan mendongkrak elektoral. Tapi paling tidak debat menunjukkan seberapa baik pemahaman RK tentang Jakarta,” kata Arifki kepada Liputan6.com, Jumat (15/11/2024).
Kemudian, kata dia, jika menengok survei, RK sedang terbebani dengan narasi keunggulan Pram-Rano dan ini akan jadi pertimbangan ke depan bagi RK-Suswono terhadap dinamika publik yang sedang tidak menguntungkannya.
“Tapi di satu sisi, harus kita lihat RK sudah mendapatkan endorsement dari Jokowi dan Prabowo, tapi endorsement itu belum terlihat, kenapa? Mungkin karena keduanya tidak memiliki kepentingan siapa yang akan menjadi pemenang, karena Pramono dekat dengan Jokowi dan dekat juga dengan Prabowo.”
Ia mengatakan, jika melihat tema tentang perkotaan, maka Ridwan Kamil sedikit diuntungkan. Terutama dengan latar belakangnya sebagai arsitek.
“Tetapi pertanyaanya hari ini, seberapa konkret yang ditawarkan RK di debat nanti? Karena jangan sampai menjadi publik tidak merespons yang disampaikan RK di debat.”
Untuk Dharma-Kun, Arifki menilai paslon itu harus mampu menunjukkan keunggulannya dalam debat, ketimbang hanya dikenal sebagai sosok yang membahas soal kontroversi pandemi.
Fokus ke Substansi, Bukan Gimik
Peneliti Senior Populi Center Usep Saepul Ahyar mengatakan ada dua hal yang paling diperhatikan dalam debat, yakni performa dan substansi. Ini akan mempengaruhi penilaian pemilih.
“Kalau performa itu kan dari mulai gaya, strategi, cara bicara, dan pakaian. Gimik juga termasuk, tapi jangan berlebihan. Harus kelihatan bicaranya lancar, lalu kemudian juga ekspresi dan artikulasi,” kata Usep kepada Liputan6.com, Jumat (15/11/2024).
Kedua, kata Usep, soal substansi. Namun, hal ini hanya berpengaruh bagi orang-orang yang concern terhadap isu-isu tersebut.
“Misalnya tentang tata kota ya. Ya jangan terlalu banyak teori, tapi menurut saya harus ada gagasan yang sifatnya strategis,” lanjutnya.
“Strategis itu panjang lalu kemudian juga berpengaruh pada perubahan-perubahan lain. Jadi satu program atau satu gagasan bisa multiplayer efek.”
Usep menilai, terkait tema di debat terakhir, RK dan Pramono memiliki kemampuan berimbang. Memang kelebihan Ridwan Kamil pernah memimpin kota Bandung dan Jawa Barat.
Tapi Pramono juga bukan orang baru di pemerintahan dan paham soal kebijakan.