TEMPO.CO, Jakarta – Orang tua perlu memperhatikan kecukupan asupan protein dan energi yang dibutuhkan anak dengan penyakit jantung bawaan (PJB) pascaoperasi. Bila kebutuhan protein tidak tercukupi maka dikhawatirkan proses penyembuhan luka operasi akan berjalan lebih lambat.
“Luka operasi di tengah-tengah ini (di jantung) bisa basah lagi kalau misalkan proteinnya tidak tercukupi. Jadi, tolong adekuatkan di bagian proteinnya dan energinya juga biar tidak basah lukanya, biar cepat kering, tidak ada infeksi,” kata ahli gizi di Rumah Sakit Jantung dan Pembuluh Darah Harapan Kita Jakarta, Nurullita Putri Aisha.
Berdasarkan pengalamannya, orang tua kerap ragu memberikan makanan berprotein seperti telur dan ikan pada anak karena khawatir menimbulkan gatal-gatal pascaoperasi jantung. Pada prinsipnya, anak boleh mengonsumsi protein apapun selama tidak memiliki alergi.
“Selagi tidak ada alergi makanan, tidak ada pantangan makan, tidak apa-apa, boleh makan semuanya, terutama yang energi dan proteinnya tinggi,” jelasnya.
Nurul mengatakan anak yang mengalami penurunan nafsu makan pascaoperasi itu hal yang wajar. Orang tua diminta untuk tidak terlalu khawatir atas kondisi tersebut namun harus tetap mendorong anak untuk mengonsumsi makanan sesuai kebutuhan gizinya dengan strategi-strategi tertentu.
Ia mencontohkan jika anak hanya ingin makan ayam pascaoperasi tetap diperbolehkan. Pada kondisi tersebut, yang terpenting anak memiliki kemauan untuk makan. Di sisi lain, secara paralel orang tua tidak boleh lupa lebih sering menawarkan variasi protein lain kepada anak.
“Yang penting anaknya mau makan dulu karena memang sebulan pascaoperasi itu krusial banget. Anak itu pasti ada yang nafsu makannya tidak mau sama sekali, ada yang makannya banyak banget. Jadi selama anaknya lagi mau ayam, silakan dengan ayam, tidak apa-apa. Nanti pun dia akan mengenal protein yang lain,” paparnya.
Perhatikan asupan cairan
Pada anak dengan penyakit jantung bawaan, asupan cairan juga perlu diperhatikan agar tidak terlalu membebani kerja jantung. Nurul mengatakan biasanya total kebutuhan cairan pada anak dengan penyakit jantung bawaan bervariasi, tergantung berat badannya. Untuk susu formula, ia mengingatkan orang tua selalu memperhatikan takaran yang direkomendasikan dengan tepat sehingga sajian susu yang diberikan tidak berlebihan, terutama untuk pembuatan susu formula yang padat kalori.
Contohnya, total kebutuhan cairan pada anak dengan penyakit jantung bawaan yaitu 800 ml per 24 jam. Dengan pemberian susu formula 2-3 jam sekali, orang tua bisa menyajikan susu tersebut dalam frekuensi delapan kali atau 100 ml per satu kali sajian. Jumlah takaran untuk setiap satu kali sajian merupakan total takaran air setelah ditambahkan dengan susu.
“Jadi, 100 ml itu sudah total dari air dan susunya, bukan hanya airnya saja, karena biasanya kalau airnya saja ketika ditambahkan susu, dia akan naik volumenya. Apalagi kalau susu-susu yang padat kalori atau tinggi kalori, itu pasti akan naik volumenya,” papar Nurul.