Gaya Hidup

Black Friday: Asal-usul Hari Belanja Ini dan Kritik terhadap Jumat Hitam

2
×

Black Friday: Asal-usul Hari Belanja Ini dan Kritik terhadap Jumat Hitam

Share this article


Black Friday merupakan hari perayaan pada Jumat, pekan keempat November. Black Friday dirayakan setelah hari Thanksgiving, dan telah menjadi salah satu hari belanja tersibuk di Amerika Serikat.

Black Friday tidak dirayakan di semua negara di dunia. Namun idenya diadaptasi oleh banyak negara. Di Amerika Serikat, hari ini diasosiasikan dengan belanja, karena banyak diskon dan penawaran hebat. Toko-toko berantai nasional biasanya menawarkan diskon terbatas untuk berbagai macam barang dalam upaya untuk memikat pembeli ke toko-toko sambil menawarkan penawaran serupa secara daring.

Ada banyak asumsi seputar asal-usul Black Friday. Banyak orang Amerika, yang menganggap Black Friday mendapat namanya karena pembeli eceran mendapat diskon besar dan berhenti merugi. Kerugian tercantum dalam warna merah dan menang dalam berwarna hitam, orang percaya bahwa kontrak besar akan menghasilkan keuntungan besar. Padahal itu tak sepenuhnya benar.

Dikutip dari Britannica, penjelasan yang memerinci berasal dari awal 1960-an, ketika polisi di Philadelphia mulai menggunakan istilah Black Friday, untuk menggambarkan kekacauan yang terjadi ketika sejumlah besar turis pinggiran kota masuk ke kota dengan niat berbelanja keperluan Natal. 

Pada 1961, pemilik bisnis mencoba untuk menyebut hari itu dengan Big Friday. Namun, itu tidak pernah berhasil. Istilah ini baru populer di seluruh Amerika pada 1985. Setelah tahun 2013, Black Friday, sebagai nama diterima secara global.

Pada Black Friday, pembeli bergegas memanfaatkan penawaran Natal dan Tahun Baru. Beberapa toko bahkan mulai menawarkan diskon kepada pelanggan pada hari Thanksgiving. Pembeli online bahkan tidak perlu menunggu hingga tengah malam untuk mulai berbelanja.

Dikutip dari History, Black Friday juga dikenal sebagai bonanza ritel yang kini menjadi bagian integral dari banyak perayaan Thanksgiving, namun tradisi liburan ini memiliki akar yang lebih gelap dari yang dibayangkan.

Black Friday telah menimbulkan pergeseran global ke gaya hidup yang berorientasi terhadap konsumen. Dalam beberapa tahun belakangan, banyak orang memandang Black Friday sebagai simbol konsumsi berlebihan, membuat orang membeli produk yang tidak perlu, meningkatkan pemborosan produk, dan jumlah karbon yang ditambahkan, setelah barang dijual dengan harga murah.

Para aktivis di Prancis melakukan protes Black Friday terhadap Amazon, menuduh layanan tersebut memperburuk perubahan iklim dengan pengirimannya yang cepat sambil memperkenalkan konsep penjualan Black Friday ke pasar Eropa.

Amendemen Stop Black Friday di Prancis diusulkan sekitar beberapa tahun silam sebagai bagian dari Undang-Undang anti-sampah yang diperkenalkan oleh mantan menteri lingkungan Prancis, Delphine Batho. 



Source link

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *