LAINNYA

Efisiensi Anggaran di Kampus, Pembatasan Listrik-AC hingga Akses Jurnal Bikin Mahasiswa ‘Tercekik’

×

Efisiensi Anggaran di Kampus, Pembatasan Listrik-AC hingga Akses Jurnal Bikin Mahasiswa ‘Tercekik’

Sebarkan artikel ini

Imbas efisiensi anggaran di sejumlah program Kementerian Pendidikan Tinggi, Sains, dan Teknologi (Kemendiktisaintek), sejumlah instansi di Indonesia mengeluarkan kebijakan penghematan anggaran. Hal ini berdampak pada pemangkasan fasilitas dan pembatasan layanan akademik yang pada akhirnya memengaruhi mahasiswa.

Baru-baru ini, Badan Eksekutif Mahasiswa Universitas Indonesia (BEM UI) memberikan kritik terhadap kebijakan efisiensi yang terjadi di instansi tersebut. Melalui akun Instagram, @bemui_official, mereka mempertanyakan apakah kebijakan efisiensi ini benar-benar suatu hal yang bijak atau malah justru membuat mahasiswanya ‘tercekik’.

“Efisiensi World Class University, Ketika Kampus Berhemat, Mahasiswa Tercekik,” bunyi narasi dari kritik yang diunggah akun BEM UI di Instagram, Senin (3/3).

Sebelumnya, Presiden Prabowo Subianto mengeluarkan kebijakan untuk menghemat anggaran besar-besaran di pemerintahan. Tujuannya adalah Prabowo ingin anggaran negara tersebut dialokasikan untuk program Makan Bergizi Gratis (MBG) dan perbaikan sekolah. Prabowo menginstruksikan adanya efisiensi anggaran belanja negara tahun 2025 sebesar Rp306 triliun. Kemendiktisaintek menjadi salah satu kementerian yang mengalami pemangkasan anggaran.

BEM UI: Kebijakan Efisiensi Apakah Hal Bijak Atau Malah Membuat Mahasiswa Tercekik?
Universitas indonesia/ Foto: ui.ac.id

Universitas Indonesia/Foto: ui.ac.id

BEM UI menyoroti kebijakan efisiensi anggaran yang semakin meluas ke berbagai sektor, tak terkecuali sektor pendidikan. Universitas Indonesia menjadi salah satu yang menerapkan kebijakan tersebut.

“Universitas Indonesia yang sering dijuluki sebagai “World Class University” turut menerapkan hal tersebut. Akan tetapi, yang menjadi tanda tanya besar adalah apakah kebijakan efisiensi ini benar-benar suatu hal yang bijak untuk dilaksanakan atau malah membuat mahasiswa tercekik?” tulis akun BEM UI di Instagram, Senin (3/3).

“Kampus yang seharusnya menjadi tempat belajar yang nyaman dan berkualitas kini terasa menjadi sebuah tempat penjagalan ilmu pengetahuan. Pemangkasan fasilitas dan pembatasan layanan akademik yang justru merugikan mahasiswa, secara tidak langsung semakin menjauhkan kita dari mimpi Generasi Emas Indonesia 2045,” lanjutnya.

Melalui unggahan tersebut, BEM UI juga mengunggah Surat Edaran Nomor: SE-551/UN.2R/KEU/2025 tentang Efisiensi Anggaran pada Penyusunan RKA Tahun 2025 di Lingkungan Pusat Administrasi Universitas Indonesia. Mereka juga memaparkan imbas dari efisiensi anggaran di lingkungan kampus.

“UI melakukan efisiensi, berikut hal yang terimbas: lampu mati pukul 10.00, AC mati pukul 17.00, hingga e-resources perpus UI berhenti langganan!” tulis BEM UI.

Kebijakan Kontroversial yang Dikritik BEM UI
Ilustrasi Kampus UI, Depok

Universitas Indonesia/Foto: Grandyos Zafna/detikFOTO

BEM UI menyoroti kebijakan kontroversial dari kebijakan efisiensi anggaran di lingkungan kampus tersebut. Pertama, perihal e-resources perpustakaan UI berhenti langganan.

“Pengadaan media pustaka berlangganan berupa online database, e-book, research tools perlu selektif dan seefisien mungkin, dengan mempertimbangkan/mengkaji kebutuhan jumlah pengguna yang sering mengakses media pustaka tersebut setiap tahun,” ungkap BEM UI.

Sejumlah netizen di media sosial ikut mengkritisi dampak dari kebijakan efisiensi anggaran terhadap pemberhentian langganan ke beberapa e-resources.

“Salah satu hal yang paling aku banggain saat jadi mahasiswa UI adalah unlimited e-resource-nya. Tinggal sign in pake akun kampus, semua database jurnal bisa kebuka tanpa perlu bayar. Makanya sering ngebela-belain ngerjain tugas di kampus sampe diusir satpam karena lebih cepet selesai kalo dikerjain di kampus dengan resourcenya. Kalo dipangkas begini… Dijamin kualitas paper dari Indonesia bakalan turun drastis,” tulis akun @fir***.

Selain itu, BEM UI juga mengkritisi penghematan belanja daya dan jasa terkait penggunaan air dan listrik. Mereka mengungkapkan bahwa kini di lingkungan kampus, lampu harus dimatikan pukul 10.00-15.00 WIB pada ruangan yang telah mendapatkan cukup cahaya matahari, dan dimatikan total setelah pukul 17.00 WIB. Selain itu, pendingin ruangan (AC) disebut harus dimatikan pada pukul 17.00 WIB.

“UKT emg gk naik, tapi kok fasilitas diturunin!? Unggul Impactful banget ini, resource dicabut, lampu ac dipangkas jamnya. Udah mah buat belajar jadi terbatas akses waktu dan resources, ditambah non akademik juga kena imbas. Sungguh Unggul Impactful “rumah”ku inii!” tulis akun @yat***.

[Gambas:Instagram]





Universitas Lain Juga Terapkan Efisiensi Anggaran
Kampus IPB University

Kampus IPB University/Foto: Dok. IPB

Tak hanya UI, sejumlah universitas lainnya di Indonesia juga disebut menerapkan penghematan anggaran yang pada akhirnya berdampak pada pemangkasan fasilitas.

Insititut Pertanian Bogor (IPB), misalnya. Dilansir dari situs resmi IPB, instansi pendidikan ini tengah melakukan efisiensi anggaran, Wakil Rektor bidang Resiliensi Sumberdaya dan Infrastruktur Dr Alim Setiawan Slamet menerbitkan Surat Edaran Penghematan Daya Listrik. Edaran tersebut ditujukan untuk para pimpinan unit kerja di IPB University.

Ada berbagai bentuk efisiensi yang dilakukan, mulai dari membayar listrik mandiri untuk Unit Income Generating, pembatasan penggunaan lift, penerangan, hingga AC.

“Unit kerja-unit kerja yang memiliki fasilitas teaching industry/factory, green house, cool storage, dan mesin industri yang menggunakan motor listrik dengan daya listrik besar diimbau untuk melakukan efisiensi dengan mengurangi jam operasional. Sementara bagi unit yang menggunakan fasilitas/peralatan tersebut untuk kegiatan income generating diwajibkan membayar tagihan beban listrik secara mandiri,” bunyi pernyataan di situs resmi IPB.

Lebih lanjut dalam edaran itu juga disebutkan pembatasan operasional lift. Gedung yang memiliki fasilitas dua unit lift, hanya dapat mengoperasikan satu unit lift per hari secara bergantian.

Diatur pula penggunaan pendingin ruangan (AC), lampu penerangan, dan perangkat listrik lain di ruang kuliah, laboratorium, dan fasilitas akademik lainnya. Penggunaan perangkat-perangkat tersebut disesuaikan dengan jadwal kegiatan dan wajib dimatikan jika tidak diperlukan.

Pengaturan penggunaan AC di luar kegiatan akademik dimulai pada jam 10.00-16.00 WIB dengan pengaturan suhu antara 23-25°C atau disesuaikan dengan kebutuhan.

“AC harus dimatikan jika tidak diperlukan dengan mengutamakan penggunaan ventilasi udara/jendela. Ruangan yang menggunakan AC lebih dari satu unit diimbau untuk mengoperasikan maksimum 50 persen dari jumlah AC yang tersedia,” papar Dr Alim.

Selama jam kerja, penggunaan lampu penerangan di luar kegiatan akademik seperti ruang kerja, ruang rapat, dan lobi diupayakan tidak melebihi 50 persen dari kapasitas penerangan normal.

“Pimpinan unit kerja diharap menugaskan kepala tata usaha (KTU)/supervisor/teknisi untuk memastikan pelaksanaan langkah-langkah efisiensi di unit masing-masing,” jelas Dr Alim.

Di media sosial, netizen juga ramai membagikan dampak dari efisiensi anggaran di kampus masing-masing. Adapun imbas dari kebijakan ini, mahasiswa disebut diminta kuliah daring, kampus harus menghemat listrik dan air, hingga pembatasan mengakses jurnal internasional.


Netizen Tagih Janji Presiden Prabowo soal Pendidikan
Presiden Prabowo Subianto resmi melantik Wakil Menteri (Wamen) di Kabinet Merah Putih. Ada 55 orang Wamen dan seorang Sekretaris Kabinet yang dilantik.

Presiden RI Prabowo Subianto/Foto: Grandyos Zafna/detikcom

Kekhawatiran masyarakat terkait efisiensi anggaran yang menyasar instansi pendidikan sudah cukup lama menggema di media sosial. Beberapa waktu lalu, Peringatan Darurat dengan Garuda berwarna merah viral di media sosial.

Peringatan Darurat dengan Garuda merah menyoroti soal pemangkasan anggaran di bidang pendidikan. Imbas efisiensi anggaran di sejumlah program Kementerian Pendidikan Tinggi, Sains, dan Teknologi (Kemendiktisaintek), biaya kuliah berpotensi naik hingga ribuan mahasiswa terancam kehilangan beasiswa. Gambar Peringatan Darurat kini menjadi simbol perjuangan masyarakat Indonesia dalam menyuarakan suara mereka.

Selain Peringatan Darurat dengan Garuda merah, tagar #SaveKIPKuliah dan #daruratpendidikan juga sempat memenuhi media sosial. Sejumlah netizen mengemukakan kecewaan dan kritik tajam akibat efisiensi anggaran di Kemendiktisaintek yang dikhawatirkan dapat mengancam masa depan pendidikan bangsa.

Sejumlah netizen juga kembali mengungkit soal janji Presiden Prabowo Subianto terkait pendidikan. Semasa kampanye, Prabowo pernah mengungkapkan keinginannya untuk mengratiskan biaya pendidikan di Indonesia.

Janji tersebut pernah ia sampaikan saat hadir dalam acara Silaturahmi Relawan Prabowo-Gibran se-Sulsel di Makassar, Februari 2024.

“Kami bertekad untuk secepat-cepatnya menyejahterakan rakyat Indonesia. Kami ingin semua pendidikan untuk anak-anak kita harus tidak perlu bayar apa pun,” kata Prabowo, dilansir dari CNN Indonesia.

[Gambas:Twitter]

Ada pula netizen yang menunggah tangkapan layar cuitan Prabowo di akun X pada 2018. Kala itu, Prabowo membalas cuitan seseorang yang mendoakannya untuk bisa jadi seorang presiden Indonesia. Prabowo membalas bahwa sebagai anak seorang dosen, pendidikan menjadi prioritasnya. Ia pun minta diingatkan jika ia lupa.

“Insya Allah. Sebagai anak dari seorang dosen, pendidikan menjadi prioritas setelah ekonomi. Mohon ingatkan saya jika saya lupa,” tulis Prabowo di akun X-nya, @prabowo, pada Mei 2018.

Bagaimana menurutmu, Beauties?

***



LAINNYA

Akses ditolak Anda tidak memiliki izin untuk mengakses “http://indianexpress.com/article/health-wellness/honey-singh-weight-loss-liet-takeaways-fitness-plan-9869953/” di server ini….