TEMPO.CO, Jakarta – Ada banyak kuliner tradisional Indonesia yang terkenal dan memiliki cita rasa yang khas, salah satunya rendang. Masakan tradisional dari suku Minangkabau ini bahkan terkenal hingga ke seluruh dunia. Tak ayal, pada 2011 dan 2017, rendang berhasil menduduki peringkat pertama sebagai makanan terenak, menurut survey Cable News Network.
Masakan khas suku Minangkabau ini pada umumnya terbuat dari daging sapi yang diolah bersama santan. Proses memasaknya yang memakan waktu lama hingga menghasilkan warna yang coklat kehitaman dan bumbunya meresap hingga ke dalam daging. Tak heran, alasan rendang dijadikan sebagai makanan terenak di dunia.
Sejarah Rendang
Melansir dari binus.ac.id, masakan tradisional khas Minangkabau in diduga telah ada sejak abad ke-16, tetapi literatur yang tertulis ditemukan di abad ke-19. Masyarakat Minangkabau terkenal dengan budaya adatnya yang pergi merantau. Menurut sejarah, masyarakat Minangkabau merantau menuju Selat Malaka hingga Singapura yang membutuhkan waktu perjalanan hingga satu bulan melewati sungai. Untuk mengisi perut selama perjalanan, bekal yang dipersiapkan oleh masyarakat Minangkabau adalah makanan yang tahan lama dan tidak cepat basi selama di perjalanan, yaitu rendang.
Menurut buku RENDANG NAN ENAK ITU terbitan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa oleh S. Metron Masdison, mengungkapkan, makanan rendang atau di Minangkabau biasa menyebutnya sebagai randang adalah salah satu masakan yang kerap disajikan dalam acara adat. Randang berasal dari kata marandang yang berarti memasak santan hingga kering secara perlahan.
Selain itu, menurut catatan tertulis peninggalan orang Belanda, Kolonel Stuers pada 1827, menyebutkan adanya sebuah makanan yang dihitamkan dan dihanguskan. Namun, dalam catatan tersebut tidak disebutkan rendang sebagai makanan yang dimaksud. Kemudian, ada juga yang menyebutkan bahwa rendang telah ada sejak Kerajaan Pagaruyung atau tepatnya pada masa Raja Adityawarman (1347–1375 Masehi). Namun, daging yang digunakan adalah dari kerbau.
Makna Dibalik Bahan Masakan Rendang
Rendang adalah masakan adat Minangkabau. Setiap bahan dan proses pembuatannya mengandung filosofi yang bermakna. Bagi orang Minang, rendang bukan hanya sekadar makanan atau pengisi perut. Rendang telah dianggap sebagai ‘kepalanya makanan’, artinya dalam sebuah jamuan adat, harus ada rendang.
Di Minangkabau, ada tiga jenis makanan, yaitu makanan adat, samba adat dan terakhir makan beradat. Rendang, termasuk ke dalam jenis samba adat. Samba (aneka lauk dan sayur) adat adalah makanan yang wajib hadir dalam setiap upacara adat dan dinilai sebagai penentu berlangsungnya sebuah upacara adat. Samba adat meliputi dua jenis, yaitu rendang daging kerbau dan gulai rebung.
1. Daging
Bahan utama dalam memasak rendang adalah daging. Dalam adat Minangkabau, daging atau dagiang melambangkan niniak mamak, datuak, atau pangulu. Ketiganya adalah sebutan untuk pemimpin suku atau kaum. Mereka dianggap memberi kemakmuran bagi anak dan kemenakan. Selain itu, dianggap bisa menyatukan seluruh warga.
2. Kelapa
Bahan utama kedua dalam memasak rendang adalah kelapa atau karambia melambangkan kaum cadiak pandai atau orang cerdas. Mereka dikenal merekatkan kebersamaan kelompok maupun individu. Bukan hanya itu, cadiak pandai ini juga membantu kelompok pertama dalam memecahkan masalah. Dalam adat Minangkabau, kaum cadiak pandai juga berperan sebagai pelindung dan pembuat hukum bagi suku di Minangkabau.
Selain itu, kelapa adalah tanaman serba guna. Mulai dari buah hingga batang pohon kelapa memiliki kegunaan. Begitu pula dengan kaum cadiak pandai. Kaum cadiak pandai dilambangkan dengan kelapa bukan tanpa alasan. Mereka juga berguna bagi masyarakat.
3. Cabai
Bahan ketiga adalah cabai atau lado yang melambangkan alim ulama yang dianggap tegas dan pedas dalam mengajarkan agama. Di Minangkabau, alim ulama adalah sosok yang disegani. Mereka adalah guru yang dihormati. Mereka dalam mengajarkan agama tidak memandang bulu, sebab tegas dan kerap pedas dalam mendidik generasi muda suku Minangkabau.
4. Pemasak
Bahan utama yang terakhir dalam membuat rendang adalah pemasak atau bumbu. Bahan ini melambangkan setiap individu yang bersatu padu, sehingga menghasilkan cita rasa yang nikmat. Mereka antara lain adalah dubalang (pengawal), manti, dan bundo kanduang (ibu-ibu). Dalam adat Minangkabau, setiap individu memiliki peran tersendiri. Tujuannya adalah memajukan budaya Minangkabau. Ini adalah unsur terpenting dalam hidup bermasyarakat.
HAURA HAMIDAH I VALMAI ALZENA KARLA
Pilihan Editor: Sensasi Makan Burger Sehat Isi Pecel, Rendang, dan Sambal Matah