TEMPO.CO, Jakarta – Gen Z dikenal memiliki pandangan yang berbeda dibandingkan generasi sebelumnya, terutama dalam hal hubungan dan cinta.
Meskipun beberapa orang masih bermimpi untuk hidup bahagia dengan pasangan dan menikah, semakin banyak Gen Z yang memilih untuk tetap lajang. Berikut ini adalah lima alasan utama mengapa mereka lebih memilih hidup sendiri daripada menjalin hubungan.
- Fokus pada Karier dan Branding Diri
Salah satu alasan utama Gen Z memilih untuk tetap lajang adalah karena mereka lebih fokus pada pengembangan karier dan membangun citra diri. Di era yang semakin kompetitif ini, mendapatkan pekerjaan yang layak menjadi semakin sulit, sehingga banyak yang memilih untuk memprioritaskan karier. Dengan jam kerja yang padat, waktu luang dihabiskan untuk istirahat atau menikmati waktu sendiri (me time), bukan untuk mencari pasangan.
Menurut artikel pada Medium, banyak dari mereka juga menggunakan akhir pekan untuk meningkatkan citra diri melalui media sosial, daripada menghabiskan waktu dengan pasangan. Meskipun sebenarnya, mencari keseimbangan antara karier dan hubungan bisa dilakukan, banyak yang merasa sulit membagi waktu.
- Nyaman dengan Diri Sendiri
Gen Z cenderung lebih nyaman dengan diri mereka sendiri, yang merupakan alasan lain mereka memilih untuk tetap jomblo. Mereka merasa bahwa kehidupan yang sudah nyaman ini akan terganggu jika membuka diri kepada orang lain.
Banyak yang khawatir bahwa kehadiran orang baru dalam hidup mereka justru akan menambah drama dan mengganggu kedamaian yang sudah mereka nikmati.Rasa nyaman ini bisa menjadi jebakan, karena terlalu lama hidup sendiri dapat membuat seseorang merasa enggan untuk berinteraksi secara emosional dengan orang lain.
Tren self-love atau mencintai diri yang marak di media sosial juga menjadi faktor yang mendorong Gen Z untuk tetap lajang. Banyak konten yang mempromosikan pentingnya mencintai diri sendiri dan menikmati kehidupan lajang. Hal ini membuat banyak Gen Z yang akhirnya mengikuti tren ini dan merasa bahwa mereka tidak memerlukan pasangan untuk merasa bahagia.
- Mindset tentang Komitmen
Di era digital, perubahan pola pikir sering terjadi, terutama dengan banyaknya konten yang berkaitan dengan pengalaman dalam hubungan asmara. Platform seperti TikTok dan Twitter dipenuhi dengan komentar dan pandangan yang mendukung gaya hidup lajang, seperti “kalau lajang, saya lebih bebas, tidak perlu lapor, tidak pusing bertengkar setiap hari.”
Pandangan ini dapat dengan mudah mempengaruhi Gen Z yang awalnya nyaman dengan hubungan, tetapi akhirnya terdorong untuk memilih kehidupan lajang karena merasa lebih bebas dan tidak terbebani oleh komitmen.
- Merasa Gagal dalam Hubungan
Banyak Gen Z yang memilih untuk tetap lajang karena pengalaman pahit dalam hubungan masa lalu. Pengalaman-pengalaman buruk ini membuat mereka merasa tidak cocok untuk menjalin hubungan yang lebih intim. Rasa takut untuk mengalami kegagalan yang sama membuat mereka lebih memilih untuk hidup sendiri.
Namun, pengalaman ini sebenarnya bisa diatasi dengan refleksi diri. Gen Z perlu memahami apakah kegagalan tersebut disebabkan oleh diri sendiri, atau mantan pasangan yang toxic. Dengan memahami ini, mereka bisa membuka diri untuk kesempatan baru tanpa terbebani oleh masa lalu.
- Menunda Tahap Perkembangan Kehidupan
Dikutip dari Psychology Today, alasan lain Gen Z cenderung memilih untuk tetap lajang adalah karena mereka menunda berbagai tahap perkembangan kehidupan, seperti pernikahan dan memulai keluarga.
Dibandingkan dengan generasi sebelumnya, Gen Z cenderung lebih lama menyelesaikan pendidikan, memulai karier, dan menetap dalam hubungan jangka panjang. Bahkan, penelitian menunjukkan bahwa banyak dari mereka yang menunda hubungan intim hingga usia yang lebih matang.
Generasi Z tumbuh dalam era di mana harapan hidup semakin panjang, sehingga mereka merasa tidak perlu terburu-buru mengambil keputusan besar seperti menikah atau memiliki anak. Pola ini mirip dengan generasi Boomer yang juga menunda pernikahan, meskipun Boomers umumnya menikah di usia akhir 20-an, sementara diperkirakan Gen Z baru akan menikah di usia 30-an.
Alasan-alasan di atas menjelaskan mengapa semakin banyak Gen Z yang memilih untuk tetap lajang. Namun, pada akhirnya, pilihan untuk tetap lajang atau menjalin hubungan adalah keputusan pribadi yang harus diambil dengan bijak.
PSYCHOLOGY TODAY I MEDIUM