TEMPO.CO, Jakarta – Program Makan Bergizi Gratis yang digagas pemerintahan Presiden Prabowo Subianto dan Wakil Presiden Gibran Rakabuming Raka akan dimulai pada 2025 dan merupakan bagian dari agenda prioritas. Program tersebut menargetkan anak sekolah, ibu hamil, ibu menyusui, dan balita, dengan anggaran mencapai Rp 71 triliun yang dikelola Badan Gizi Nasional (BGN).
Program ini bertujuan menyediakan makanan bergizi secara gratis, mengurangi angka kekurangan gizi, meningkatkan kesehatan, dan membangun fondasi kecerdasan generasi muda sejak dini melalui asupan makanan bergizi. Guru Besar Pangan dan Gizi dari Institut Pertanian Bogor (IPB) Prof. Dr. Ali Khomsan pun memprediksi Program Makan Bergizi Gratis yang kini tengah diuji coba mampu menurunkan angka stunting dan meningkatkan gizi anak-anak Indonesia.
“Ini nanti bisa diukur dampak jangka panjangnya, misalnya untuk anak-anak usia balita mungkin akan terjadi dampak positif penurunan stunting. Pada anak-anak usia sekolah akan terjadi penurunan ketidakhadiran di kelas yang berdampak pada performa akademik,” katanya, Selasa, 5 November 2024.
Ali menjelaskan peningkatan gizi dapat terjadi apabila makanan yang diterima baik, berkualitas, dengan jumlah yang cukup, serta diberikan secara kontinu.
“Kita tahu bahwa Program Makan Bergizi Gratis ini menurut rencananya akan diberikan sepanjang tahun. Mungkin seminggu lima hari sesuai jam belajar. Adanya program yang kontinyu ini maka akan menjadi upaya perbaikan gizi masyarakat,” ujarnya.
Menu sesuai standar sehat
Program Makan Bergizi Gratis akan menyasar 82,9 juta jiwa. Badan Gizi Nasional pun telah menetapkan Badan Usaha Milik Desa (BUMDes) dan koperasi menjadi pemasok bahan pangan untuk program Makan Bergizi Gratis.
Lalu, mereka juga akan membentuk satuan pelayanan gizi (SP). SP itu akan menyebar ke seluruh desa dan kelurahan dengan skala pelayanan yakni satu banding 3.000 jiwa atau satu satuan pelayanan gizi melayani 3.000 jiwa yang di dalamnya mencakup siswa dari pendidikan anak usia dini (PAUD) hingga SMA, ibu hamil dan menyusui, serta balita.
“Resep atau menu yang disajikan dalam program ini tidak lepas dari pemahaman kita (ahli gizi) tentang konsumsi aneka ragam makanan yang dicerminkan oleh adanya nasi, sayur, lauk pauk, buah, dan susu. Dan itu bersifat standar, sesuai porsi kebutuhan gizi anak usia sekolah dari SD sampai SMA,” papar Ali seraya menjelaskan menu makanan program sudah sesuai standar sehat.
Menu makanan dalam program tersebut nantinya akan disesuaikan dengan wilayah masing-masing. Tujuannya agar makanan yang dikonsumsi tidak ada yang tersisa maupun terbuang oleh anak.
“Mudah-mudahan program ini terus berlangsung dengan besaran nilai bantuan atau anggaran yang cukup dan dijamin keberlangsungannya, kelestariannya, sampai benar-benar mendatangkan manfaat bagi mutu sumber daya manusia Indonesia,” harap Ali.