Gaya Hidup

Perlukah Calistung Diajarkan di PAUD? Simak Penjelasan Psikolog

5
×

Perlukah Calistung Diajarkan di PAUD? Simak Penjelasan Psikolog

Share this article


TEMPO.CO, Jakarta – Psikolog Novi Poespita Candra mengatakan kegiatan baca, tulis, dan hitung atau calistung pada murid pendidikan anak usia dini (PAUD) harus dengan konsep bermain yang menyenangkan.

“Mengenalkan literasi dan matematika sebagai konsep yang ada di kehidupan dengan cara bermain misalnya, sebenarnya tidak apa-apa,” katanya, Kamis, 14 November 2024.

Meski demikian, keahlian dan kepiawaian tenaga pengajar berperan penting bagi murid PAUD agar tidak merasa bosan dan tertekan dengan pelajaran tersebut atau membuat mereka justru tidak gembira ketika datang ke sekolah.

“Saya khawatir ketika calistung yang dinarasikan, ketika kemampuan gurunya tidak cukup bagus. Maka menjadi fokus di belajar membaca matematika dan menulis yang diajarkan dengan cara yang kurang menarik sehingga justru membunuh rasa ingin tahu dan keinginan belajar,” ujar dosen di Universitas Gadjah Mada itu.

Bermain dan berinteraksiĀ 
Pada dasarnya, pelajaran yang penting untuk usia PAUD adalah bermain dan berinteraksi dengan teman sebaya, bukan calistung. Ia mengatakan dengan tercipta suasana bermain yang dinarasikan dengan gembira dan riang, persiapan mereka untuk masuk tahap pendidikan selanjutnya tidak menimbulkan trauma atau bahkan enggan melanjutkan pendidikan.

“Justru yang harus dikuatkan di anak-anak usia dini adalah rasa ingin tahu, imajinasi, dan keunikan. Selain itu, yang penting juga adalah mengenalkan lifeskill dan kemandirian pada anak PAUD,” paparnya.

Menurut Novi, anak-anak PAUD masih dalam tahap mengembangkan motorik kasar dan halus serta emosi sosial dan kognisi sehingga perlu perhatian untuk perkembangan ketika berada di dalam kelas. “Ketika mereka nyaman, aman, dan senang mengeksplorasi maka saat itulah perkembangan kognisinya akan berkembang optimal,” ujarnya.

Meski begitu, memberikan pengetahuan calistung melalui konsep bermain masih memungkinkan dan bisa diterima sehingga anak tidak merasa terpaksa dalam mengikuti kegiatan pembelajaran.



Source link

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *