Pernah merasakan emosi meledak-ledak di tengah padatnya pekerjaan? Itu sungguh menjengkelkan. Alih-alih bisa berpikir jernih, pikiran dan perasaan hanya diselimuti rasa gelisah dan kesal hingga akhirnya pekerjaan menjadi berantakan.
Emosi memainkan peranan penting dalam reaksi kita sebagai respons yang dirasakan terhadap situasi tertentu. Emosi dapat berdampak buruk pada kesehatan emosional dan hubungan interpersonal ketika emosi tersebut mulai terasa tidak terkendali.
Lantas, bagaimana cara mengelola emosi yang baik sehingga tidak merugikan diri sendiri maupun orang lain? Langkah seperti apa yang harus dilakukan, berikut ulasannya.
1. Mengambil Napas Dalam-dalam
Mengambil napas dalam-dalam/Foto: Freepik.com/Wayhomestudio
Hal pertama yang bisa dilakukan adalah mengambil napas dalam-dalam. Tindakan ini untuk menenangkan diri dan mengambil langkah mundur dari ledakan emosi pertama yang intens dan reaksi ekstrem apa pun yang ingin dihindari.
Sebuah penelitian dalam jurnal Perbatasan dalam ilmu saraf manusia (2018) menunjukkan bahwa pernapasan dalam mengaktifkan bagian sistem saraf yang disebut sistem saraf parasimpatik (mode ‘istirahat dan dicerna’) yang membantu tubuh untuk rileks dan memulihkan keseimbangan emosinya.
Saat merasa emosi mulai mengambil kendali atas diri kita, ambillah langkah:
- Menarik napas secara perlahan dari diafragma, bukan dada. Tahan napas sekitar tiga hitungan, lalu keluarkan perlahan melalui mulut. Ulangi sampai tiga kali atau saat tubuh sudah merasa lebih tenang.
- Beberapa orang merasa terbantu ketika mengucapkan kata-kata seperti “tenang, santai, kamu pasti bisa melewatinya.“
2. Melakukan Aktivitas yang Mindfulness
Meditasi/Foto: Freepik.com/Senivpetro
Sederhananya, mindfulness adalah tindakan memerhatikan dengan baik apa yang terjadi di pikiran dan tubuh. Tidak terlalu reaktif atau kewalahan dengan apa yang terjadi di sekitar.
Menerapkan mindfulness dapat membantu orang berhenti memikirkan kekhawatirannya, meningkatkan relaksasi, dan mengurangi stres. Aktivitas yang dapat membantu seseorang mencapai mindfulness dan mengelola emosi, antara lain meditasi, yoga, dan jalan-jalan di alam bebas.
Studi tahun 2019 yang dipublikasikan dalam jurnal Penelitian Otak Perilaku melaporkan bahwa melakukan meditasi selama 13 menit setiap hari selama 8 minggu dapat memberikan manfaat bagi kesehatan fisik dan mental, termasuk meningkatkan pengaturan emosi dan suasana hati.
“Mindfulness telah terbukti benar-benar mengubah persoalan yang ada di otak. Otak memiliki neuroplastisitas, yang berarti otak dapat berubah, tumbuh, dan beradaptasi bergantung pada cara kita menggunakannya,” kata Pauline Peck, PhD, psikolog berlisensi di Santa Barbara, California, dikutip dari PSIT Psik.
3. Berlatih Menerima Emosi yang Ada
Belajar menerima emosi/Foto: Freepik.com/Benzoix
Menerima perasaan emosi dinilai lebih memberikan manfaat ketimbang meremehkan dan menepisnya. Kita hanya perlu menganggap emosi itu sebagai pembawa pesan. Bukan hal yang buruk atau baik, melainkan netral.
Penelitian 2018 yang dilansir Garis kesehatan menuturkan, meresapi perasaan emosi yang muncul dapat membantu meningkatkan level kebahagiaan.
Lebih lanjut, penelitian lain dalam Jurnal Kepribadian dan Psikologi Sosial (2018) turut mengungkapkan bahwa menerima emosi dapat memberikan kepuasan hidup yang lebih berarti dan lebih sedikit mengalami gejala kesehatan mental.
Saat menyadari emosi muncul, ada baiknya berkata pada diri sendiri, “Aku mengalami kemarahan ini. Aku mengizinkannya ada di sini dan aku akan melewatinya dengan baik. “
4. Mengindentifikasi Apa yang Dirasakan Saat Itu
Mengidentifikasi perasaan saat itu/Foto: Pexels.com/Tima Miroshnichenko
Meluangkan waktu sejenak untuk memeriksa diri sendiri tentang suasana hati dapat membantu kita mendapatkan kembali kendali atas diri sendiri.
Andai kata, kita merasa kecewa lantaran janji yang sebelumnya telah disepakati, dibatalkan begitu saja dengan alasan yang tidak logis. Atau mungkin, ada orang yang tiba-tiba marah tanpa dasar yang jelas.
Sebelum meluapkan emosi yang bisa merugikan diri sendiri dan orang di sekitar, coba renungi pertanyaan berikut ini:
- Apa yang aku rasakan saat ini? (Mungkinkah kecewa, geram, marah)
- Apa yang sebenarnya terjadi sehingga aku merasa seperti ini?
- Apakah situasinya memiliki penjelasan berbeda yang mungkin masuk akal? (Mereka mungkin sedang stres atau ada hal lain yang mengganggunya dan tidak bisa diceritakan pada kita saat ini)
- Apa yang ingin aku lakukan terhadap perasaan ini? (Berteriak, melampiaskan kekesalanku dengan melempar barang, membalas pesan dengan tidak sopan)
- Apakah ada cara yang lebih baik untuk mengatasi perasaan ini?
- Bisakah aku memberi tahu mereka secara langsung bagaimana perasaanku?
Dengan mempertimbangkan semua itu membantu kita dalam menyusun ulang pikiran dan mengubah reaksi ekstrem pertama atas emosi yang ada.
Itulah cara mengelola emosi yang bisa Beauties terapkan. Mengendalikan emosi agar tidak meledak berlebihan memang tidak mudah. Namun seiring berlatih, melakukan langkah-langkah di atas akan memberikan manfaat pada kesehatan mental.
***