Pernah nggak, sih, kamu kagum sama seseorang yang kelihatan begitu percaya diri saat berbicara? Bukan karena mereka sombong atau terlalu vokal, tetapi karena cara mereka menyampaikan pendapat terasa tegas, jelas, dan berwibawa. Percaya diri bukan cuma soal penampilan atau gestur, melainkan juga tercermin dari bagaimana seseorang berkomunikasi.
Perempuan yang percaya diri biasanya punya cara bicara yang menunjukkan bahwa mereka tahu apa yang mereka mau, menghargai diri sendiri, dan nggak ragu menyuarakan pikirannya.
Nah, di artikel yang dilansir dari Hack Spirit ini, kita bakal bahas 3 kalimat yang sering digunakan perempuan percaya diri—kalimat yang simpel tapi bisa bikin perbedaan besar pada cara orang lain melihatmu. Yuk, coba refleksikan, apakah cara berbicaramu selama ini sudah mencerminkan kepercayaan diri perempuan.
“Tidak, Aku Tidak Mau”
![]() Ilustrasi/Foto: Freepik
|
Di zaman sekarang, masih banyak perempuan yang kesulitan untuk mengatakan “tidak”. Perempuan sering diharapkan untuk selalu berkata “iya” dalam berbagai situasi, baik yang sederhana seperti menyiram tanaman tetangga hingga yang besar seperti menjalankan peran sebagai seorang ibu, seakan-akan menjadi perempuan berarti harus selalu siap membantu, melayani, dan mengutamakan kepentingan orang lain dibandingkan diri sendiri.
Masalahnya, ketika seorang perempuan berani menolak atau menegaskan batasannya, dia kerap dicap sebagai pribadi yang “sulit” atau “terlalu ribet”. Lucunya, label seperti ini hampir tidak pernah diberikan kepada pria yang melakukan hal serupa.
Ketika para pria menolak, mereka justru dianggap tegas, punya prinsip, atau sekadar sibuk. Ini menunjukkan betapa norma sosial masih cenderung mengharapkan perempuan untuk selalu menyenangkan orang lain, bahkan dengan mengorbankan kebahagiaan atau kenyamanannya sendiri.
Oleh karena itu, kemampuan seorang perempuan untuk mengatakan “tidak” adalah salah satu sikap positif perempuan yang percaya diri. Hal ini menunjukkan bahwa dia punya standar dan tidak mau mengorbankan nilai-nilai yang diyakininya hanya demi menyenangkan orang lain. Ini juga menandakan bahwa dia memiliki rasa hormat yang sehat terhadap dirinya sendiri.
“Terima Kasih”
Ilustrasi/Foto: Freepik
Pernahkah kamu merasa canggung atau tidak nyaman saat dipuji? Menurut sebuah studi yang diterbitkan di Jurnal Psikologi Sosial Eksperimentalorang dengan rendah diri (kepercayaan diri rendah) cenderung merasa sangat tidak nyaman ketika menerima pujian. Alasannya, bisa jadi karena mereka sudah terlalu terbiasa berpikir bahwa mereka “tidak cukup baik” sehingga setiap pujian yang datang terdengar tidak tulus dan bahkan terkadang malah terasa seperti sindiran.
Sebaliknya, orang yang percaya diri justru bisa menerima pujian dengan baik karena mereka tahu nilai diri mereka sendiri. Namun, perlu digarisbawahi bahwa ini bukan berarti mereka merasa paling hebat di dunia, melainkan mereka punya kesadaran yang sehat bahwa mereka juga bukan orang yang buruk.
Misalnya, kalau ada yang bilang, “Wah, bajumu bagus banget!”, orang dengan kepercayaan diri rendah mungkin akan merespons dengan meremehkan diri sendiri, seperti “Ah, ini cuma beli di toko barang bekas kok”. Sementara itu, orang yang percaya diri akan merespons dengan santai, “Makasih! Baju ini ada kantongnya juga, lho!”.
Begitu juga dalam situasi profesional. Kalau atasan memuji kerja keras mereka di depan rekan kerja lain, orang yang percaya diri nggak akan langsung merasa malu atau berpikir mereka nggak pantas mendapat pujian itu. Mereka justru bisa dengan tulus tersenyum dan bilang, “Saya senang kalau kerja keras saya dihargai. Terima kasih banyak!”
“Aku Menghargai Masukanmu!”
Ilustrasi/Foto: Freepik
Orang yang kurang percaya diri sering kali menganggap kritik sebagai serangan pribadi. Bahkan, komentar sederhana seperti, “Hmm… aku rasa pekerjaanmu masih perlu sedikit perbaikan” bisa membuat mereka baper dan berkaca-kaca. Hal ini terjadi karena mereka cenderung mengaitkan hasil kerja mereka dengan harga diri sehingga kritik sekecil apa pun terasa seperti penolakan terhadap diri mereka sendiri.
Sebaliknya, perempuan yang percaya diri justru tidak takut dengan kritik. Yang mereka takutkan bukan kritik itu sendiri, melainkan ketika tidak ada yang memberikan masukan sama sekali karena itu bisa berarti karya atau pekerjaan mereka dianggap tidak cukup menarik untuk dikomentari. Mereka sadar bahwa kritik adalah bagian dari proses berkembang, bukannya sesuatu yang harus dihindari.
Orang yang percaya diri biasanya juga punya ego yang sehat. Mereka tidak melihat pekerjaan mereka sebagai perpanjangan dari identitas diri. Bagi mereka, satu karya hanyalah bagian kecil dari keseluruhan hidup mereka—bukan sesuatu yang mendefinisikan siapa mereka sepenuhnya.
Selain itu, mereka memahami bahwa tidak ada yang sempurna dan selalu ada ruang untuk berkembang. Mereka melihat setiap karya sebagai satu dari sekian banyak hal yang akan mereka hasilkan sepanjang hidup.
Dengan pola pikir seperti ini, mereka tidak membutuhkan validasi dari orang lain untuk merasa berharga. Rasa percaya diri mereka datang dari dalam, bukan dari pujian ataupun pengakuan orang lain.
***