TEMPO.CO, Jakarta – Hasil penelitian dari Ohio State University yang dipublikasikan di jurnal PLoS ONE menyebutkan diet ketogenik dipercaya dapat membantu memperbaiki siklus menstruasi. Diet ini bermanfaat terhadap kesehatan reproduksi, termasuk mengembalikan siklus menstruasi yang telah lama berhenti.
Para peneliti melakukan pemeriksaan pada 19 perempuan berusia 34 tahun yang sehat namun kelebihan berat badan dalam studi tentang pengaruh diet ketogenik. Mereka dibagi menjadi tiga kelompok, dengan satu kelompok menjalani diet keto saja. Sementara kelompok lainnya menggabungkannya dengan suplemen keton, dan kelompok kontrol menjalani diet rendah lemak.
Dari 13 perempuan yang memasuki ketosis nutrisional mengalami perubahan positif dalam siklus menstruasi mereka. Siklus menstruasi mereka menjadi lebih teratur atau lebih intens.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa diet ketogenik efektif membantu memperbaiki siklus menstruasi.
Dikutip dari WebMD, diet ketogenik adalah istilah untuk diet rendah karbohidrat. Diet ini sering digunakan untuk menurunkan berat badan. Selain itu, dalam dunia medis, diet ketogenik kerap dilakukan untuk membantu pasien dengan penyakit tertentu. Misalnya penyakit jantung, otak, bahkan jerawat.
Bagi sebagian orang, diet ketogenik tidak bisa dilakukan. Misalnya pada ibu hamil atau menyusui, pengidap penyakit ginjal, atau pengonsumsi obat diabetes. Dilansir dari Health Direct, seseorang yang melakukan diet ketogenik mengonsumsi karbohidrat 20-50 gram per harinya. Ini setara dengan dua potong roti dan satu pisang.
Adapun makanan utama saat diet ketogenik adalah meliputi daging, ikan, telur, keju, minyak, krim, alpukat, dan kacang-kacangan. Kemudian diikuti sayuran rendah karbohidrat seperti selada dan mentimun.
Dalam jangka pendek, diet ketogenik akan menyebabkan penurunan berat badang. Hal tersebut dikarenakan diet ini membuat efek kenyang lebih lama karena banyak mengandung lemak. Diet ini disertai dengan efek negatif bagi beberapa orang, seperti sakit kepala, mual, bau mulut, dan dehidrasi.