TEMPO.CO, Jakarta – Banjir yang melanda Kota Sukabumi, Jawa Barat pada Selasa 5 November 2024 disebabkan oleh cuaca ekstrem yang dipicu oleh intensitas hujan tinggi.
Hal ini diungkapkan oleh Penjabat (Pj) Gubernur Jawa Barat, Bey Machmudin, yang meninjau langsung lokasi terdampak pada Rabu 6 November 2024.
Bey menyampaikan bahwa hujan ekstrem tersebut menimbulkan dampak serius di beberapa wilayah Sukabumi, khususnya di Kelurahan Cikondang, Kecamatan Citamiang, Jembatan Merah, Kecamatan Baros, serta Kecamatan Cibeureum.
“Saya melihat dari dampak hujan ekstrem kemarin dampaknya lumayan berat juga untuk masyarakat. Tadi pak Wali Kota menyampaikan untuk bersih-bersih dari BPBD kota dan warga sini bersama-sama,” ujar Bey kepada awak media saat di Cikondang, dikutip dari sukabumiupdate.com.
Menurut Bey, selain hujan deras, tumpukan sampah di sepanjang aliran sungai juga memperparah kondisi banjir. Sampah yang menumpuk menghambat aliran air sehingga menyebabkan air melimpah ke pemukiman warga.
Bey mengimbau masyarakat untuk lebih tertib dalam membuang sampah dan mengikuti aturan dalam mendirikan bangunan. Ia juga meminta pemerintah daerah memperketat perizinan pembangunan di dekat bantaran sungai untuk menghindari dampak serupa di masa mendatang.
Kepala Pelaksana BPBD Kota Sukabumi, Novian Rahmat Taufik, menyatakan bahwa banjir limpasan ini menyebabkan sekitar 15 rumah terdampak dan 28 jiwa harus mengungsi.
Saluran air yang tersumbat sampah menjadi salah satu faktor utama terjadinya limpasan air ke pemukiman warga di wilayah Kampung Cikondang Legok. Ia mengingatkan pentingnya menjaga lingkungan agar terhindar dari bencana serupa, tidak hanya di daerah hilir tetapi juga di hulu sungai.
Palang Merah Indonesia (PMI) Kota Sukabumi turut ambil peran dalam penanganan bencana banjir dengan mengerahkan sejumlah personel Korps Sukarelawan (KSR) dan berbagai peralatan penting.
Staf Penanggulangan Bencana PMI Kota Sukabumi, Dinar Muhamad, menyatakan bahwa pihaknya membantu Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kota Sukabumi dalam menangani banjir di beberapa titik terdampak.
PMI menerjunkan pompa penyedot air untuk menurunkan debit air yang menggenangi pemukiman warga. Selain itu, tim medis PMI juga dikerahkan untuk memastikan kondisi kesehatan warga terdampak banjir.
Hingga pukul 22.30 WIB pada hari Selasa, PMI bersama BPBD masih bersiaga di beberapa lokasi yang kondisinya cukup parah. Mereka memprioritaskan area dengan kerusakan paling serius untuk memastikan pemulihan cepat bagi warga.
Menurut data dari BPBD Kota Sukabumi, puluhan titik di wilayah Kota Sukabumi terdampak oleh banjir akibat hujan deras disertai angin kencang yang berlangsung sejak siang hingga malam hari. Meski kondisi di beberapa lokasi sudah mulai pulih, personel PMI dan BPBD tetap berjaga untuk mengantisipasi kemungkinan hujan susulan yang dapat memperburuk keadaan.
Penanganan bencana yang dilakukan oleh berbagai pihak menunjukkan kepedulian terhadap kebutuhan dasar warga terdampak, seperti pakaian dan tempat pengungsian.
Dinas Sosial Kota Sukabumi juga telah hadir di lokasi untuk mendukung para pengungsi, dan BPBD Kota Sukabumi terus melakukan asesmen kerusakan guna menentukan langkah perbaikan infrastruktur di masa mendatang.
Banjir yang melanda Sukabumi ini menjadi pengingat pentingnya kerja sama antara pemerintah, masyarakat, dan lembaga penanggulangan bencana dalam menjaga lingkungan dan mempersiapkan diri menghadapi cuaca ekstrem.
Prakiraan cuaca dari BMKG menyebutkan bahwa puncak hujan ekstrem masih akan terjadi hingga Februari 2025. Hal ini menjadi alasan kuat bagi semua pihak untuk tetap waspada dan menjaga kebersihan lingkungan, terutama di sekitar aliran sungai, guna mengurangi risiko banjir serupa di masa mendatang.
ANTARANEWS | SUKABUMI UPDATE
Pilihan editor: Kronologi Banjir Sukabumi, Warga: Baru Kali Ini Terjadi Sejak 45 Tahun