Kesehatan

Skrining Mandiri Bantu Percepat Penanganan Tuberkulosis

3
×

Skrining Mandiri Bantu Percepat Penanganan Tuberkulosis

Share this article


TEMPO.CO, Solo – Menteri Kesehatan, Budi Gunadi Sadikin menilai screening atau skrining mandiri penting demi menjaga masyarakat tetap sehat dan kualitas hidup lebih baik. “Semua skrining itu penting, karena menjaga masyarakat kita tetap sehat. Itu jauh lebih murah dan kualitas hidup jauh lebih baik jika dibandingkan dengan kita mengobati pada saat mereka terlambat, sudah sakit,” ujar Budi dalam Launching Screening Mandiri Tuberkulosis dan Kesehatan Jiwa yang diselenggarakan oleh Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Tengah di Kota Solo, Jawa Tengah, Minggu, 8 Desember 2024.

Budi mengatakan penyakit tuberkulosis atau TBC akan lebih mudah untuk diobati jika kasusnya cepat ditemukan. Menurut dia, pengobatan TBC sudah bagus. “TBC itu kalau kita bisa temukan saat dia masih laten di X-ray, maka pengobatan bisa dengan cepat kita berikan,” kata dia.

Dengan pengobatan cepat, ia mengatakan penderita TBC tidak sampai menularkan ke orang lain. Oleh karena itu ia menyambut baik peluncuran skrining mandiri TBC yang diinisiasi oleh Pemerintah Provinsi Jawa Tengah tersebut.

Menteri Kesehatan, Budi Gunadi Sadikin (tengah) dalam Launching Screening Mandiri TBC dan Kesehatan Jiwa yang diselenggarakan oleh Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Tengah di Kota Solo, Jawa Tengah, Minggu, 8 Desember 2024/ TEMPO-Septhia Ryanthie

Ia menambahkan skrining mandiri harus ditingkatkan mengingat seringkali penderita TBC tidak merasakan gejala apapun. “TBC itu kadang-kadang nggak bergejala juga, tapi kalau kemudian di lingkungan kita kena TBC, kayak COVID dulu, lebih baik datang ke puskesmas untuk dicek, karena siapa tahu kita sudah tertular,” katanya.

Badan Kesehatan Dunia (memperkirakan) ada 1 juta penderita TBC di Indonesia. Dari total tersebut 500 ribu kasus sudah ditemukan. “Jadi bayangin, yang 500 ribu yang lain nggak ditemukan. Oleh karena itu langkah pertama ditemukan dulu,” ucapnya. 

Kepala Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Tengah, Yunita Dyah Suminar mengatakan dalam kesempatan itu pihaknya meluncurkan satu fitur baru tentang skrining mandiri TBC dan kesehatan jiwa. Di samping itu juga untuk membangun kesadaran masyarakat bahwa skrining tersebut penting. “Karena TBC itu kadang orang malu kena. Gejala mungkin dia nggak merasa bergejala,” katanya.

Dengan skrining mandiri tersebut, diharapkan pasien akan menjawab pertanyaan yang ada di fitur, kemudian dikategorikan apakah dia bergejala atau tidak menurut persepsi yang bersangkutan dengan indikator yang ada. Selanjutnya, pasien akan ditunjukkan ke puskesmas mana dia harus periksa lewat fitur itu, lalu diperiksa secara medis oleh dokter. Setelah itu ditegakkan apakah dia benar TB atau batuk biasa atau yang lain. 

“Temukan tuberkulosis, obati sampai sembuh. Kalau sudah ditemukan, akan diskrining, pengobatan enam bulan, jangan ada drop out atau berhenti minum, ini bahaya. Bisa resisten, itu nanti akan sulit diobati,” ucap dia. 

Ia memaparkan estimasi kasus TBC di Jawa Tengah sebanyak 96.917 kasus. Per hari ini, 8 Des 2024, sudah ditemukan dan diobati sebanyak 86.111 kasus. “Jadi TC (treatment coverage atau cakupan penemuan kasus TBC) sebesar 88,85 persen dari target 90 persen,” kata dia. 

Ia berharap dengan skrining mandiri tersebut pasien akan tahu dan sadar kemudian memeriksakan diri. Skrining mandiri tersebut juga termasuk untuk kesehatan mental atau mental health. “Bisa jadi dia stres berkelanjutan, tapi tidak sadar. Setelah lama baru sadar kalau mengalami gangguan jiwa. Kalau terlambat maka dia akan jadi sulit disembuhkan,” katanya. 



Source link

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *