TEMPO.CO, Jakarta – Proses perhitungan suara hasil pemilihan presiden atau Pilpres Amerika Serikat 2024 pada 5 November 2024, sedang berlangsung. Persaingan ketat terjadi antara kandidat dari Partai Demokrat, Kamala Harris dan Tim Walz, melawan kandidat Partai Republik, Donald Trump dan JD Vance.
Hasil Pilpres 2024 ini diperkirakan akan ditentukan oleh tujuh negara bagian atau ‘swing state‘, yakni Arizona, Georgia, Michigan, Nevada, North Carolina, Pennsylvania, dan Wisconsin. Berdasarkan jajak pendapat situs Web RealClearPolitics, tujuh negara bagian itu menjadi medan pertempuran karena perolehan suara Kamala dan Trump sangat ketat.
Lantas seperti apa sosok Harris yang menjadi pesaing kuat Trump dalam Pilpres AS 2024, berikut profilnya.
Kamala Devi Harris atau Kamala Harris merupakan pengacara Amerika Serikat dan seorang politikus dari Partai Demokrat. Saat ini dia menjabat sebagai Wakil Presiden Amerika Serikat ke-49.
Harris lahir pada 20 Oktober 1964 di Oakland, California, Amerika Serikat. Dikutip dari Britannica, ayah Harris adalah orang Jamaika yang mengajar di Universitas Stanford. Sementara ibunya, putri seorang diplomat India dan bekerja sebagai peneliti kanker. Harris memiliki adik perempuan bernama Maya Harris yang menjadi advokat kebijakan publik.
Orang tua Harris adalah seorang aktivis yang menanamkan rasa keadilan kuat kepada anak-anaknya. Suatu hari, Harris diajak ibunya pergi menyaksikan demonstrasi akan hak-hak sipil. Pengalaman ini ternyata mengilhaminya untuk mewujudkan mimpi melawan ketidakadilan sebagai seorang jaksa.
Perjalanan Karier Kamala Harris
Kamala merupakan lulusan ilmu politik dan ekonomi dari Howard University pada 1986. Dia kemudian melanjutkan pendidikannya dalam bidang hukum di Hastings College of Law, University of California pada 1989. Setelah menyelesaikan pendidikannya, Kamala bergabung dengan Kantor Kejaksaan Distrik Alameda County pada 1990 hingga 1998.
Selama periode ini, dia mengambil fokus pada penyelesaian kasus pelecehan seksual terhadap anak, kekerasan geng, dan perdagangan narkoba, dan pelecehan seksual. Dia kemudian menjabat sebagai pengacara pengelola di Kantor Kejaksaan Distrik San Francisco. Lalu menjadi kepala Divisi Anak-Anak dan Keluarga untuk Kantor Kejaksaan Kota San Francisco.
Pada 2003, Harris naik jabatan dan terpilih sebagai Jaksa Wilayah San Francisco. Saat memegang jabatan tersebut, dia membuat terobosan memberikan kesempatan bagi pelaku penyalahgunaan narkoba untuk mendapatkan gelar sekolah menengah atas dan mendapat pekerjaan. Hal ini dianggap sebagai inovasi nasional oleh Kementerian Kehakiman Amerika Serikat.
Kamala kemudian terpilih sebagai Jaksa Agung California pada 2010. Ia menjadi perempuan pertama dan perempuan Afrika-Amerika pertama yang memegang jabatan itu. Dengan posisinya, dia membela Undang-Undang Perawatan Terjangkau di pengadilan, menegakkan hukum lingkungan, dan menjadi pemimpin nasional dalam gerakan kesetaraan pernikahan.
Pada 2016, Kamala terpilih sebagai Senator AS, menjadi perempuan keturunan India pertama di Senat dan perempuan kulit hitam kedua. Dikenal dengan gaya pemeriksaannya yang tajam selama dengar pendapat di Senat, Harris memperoleh perhatian nasional. Pada Januari 2019, memoarnya yang berjudul The Truths We Hold: An American Journey diterbitkan.
Istri dari Douglas Emhoff ini dilantik menjadi Senat Amerika Serikat sebagai anggota Komite Keamanan Dalam Negeri dan Urusan Pemerintahan Senat pada 2017. Dia juga bekerja di Komite Intelijen Senat untuk menjaga keamanan rakyat dan membantu mengamankan pemilu Amerika Serikat. Sebagai Senator, dia memperjuangkan banyak hal, termasuk memerangi kelaparan, meningkatkan pelayanan kesehatan, dan mengatasi krisis iklim.
Pada 11 Agustus 2020, Joe Biden memilihnya sebagai kandidat wakil presiden. Kemudian pada 7 November 2020, ia bersama Joe Biden menang dalam Pilpres. Kamala Harris menjadi perempuan pertama yang jadi Wakil Presiden Amerika. Tak hanya itu, ia juga menjadi Wakil Presiden Amerika pertama dari double minoritas keturunan Afrika dan Asia.
Dikutip dari Aljazeera, Kamala membantu mengakhiri pemerintahan Donald Trump yang sebelumnya penuh gejolak. Dia juga memegang peran penting sebagai pengambil keputusan akhir di Senat AS. Ia bertindak sebagai penentu suara dalam undang-undang tentang apa pun, mulai dari nominasi hakim hingga rencana stimulus Biden senilai US$ 1,9 triliun.
Harris ditugaskan mengatasi akar penyebab meningkatnya migrasi dari Amerika Latin ke perbatasan selatan AS, mempromosikan undang-undang nasional untuk melindungi hak pilih, dan menjaga akses perempuan terhadap aborsi, yang secara signifikan dibatasi setelah putusan Mahkamah Agung tahun 2022.
Pada 21 Juli 2024 lalu, Presiden Biden mengumumkan rencananya untuk tidak berkontestasi dalam Pilpres AS 2024. Dia lalu memberikan dukungan kepada Harris untuk maju sebagai calon presiden dari Partai Demokrat. Harris pun menyambut baik dukungan Biden tersebut.
KHUMAR MAHENDRA | PUTRI SAFIRA PITALOKA | HENDRIK KHOIRUL MUHID | berkontribusi dalam penulisan artikel ini.
Ikuti berita terkini dari Tempo.co di Google News, klik di sini