Kebiasaan bergosip atau “ngrasani” adalah salah satu perilaku yang sangat dikritisi dalam budaya Jawa. Masyarakat Jawa percaya bahwa membicarakan kejelekan orang lain hanya akan membawa perpecahan dan menghancurkan keharmonisan sosial. Untuk mengingatkan mereka yang suka menyebarkan gosip, berikut adalah kata-kata sindiran yang bisa digunakan secara tepat.
Berikut kata sindiran untuk mereka yang suka menyebarkan gosip atau “ngrasani”:
1. “Nggendong warta” – Membawa berita tidak benar
2. “Nyebar uneg-uneg” – Menyebarkan isi hati orang
3. “Mbukak wadi” – Membuka rahasia orang
4. “Ngrasani wong liyo” – Membicarakan orang lain
5. “Nyebar pawarta” – Menyebarkan kabar burung
6. “Mbeber layar” – Membuka aib orang
7. “Nggendong rasan-rasan” – Membawa gosip
8. “Nyebar fitnah” – Menyebarkan fitnah
9. “Mbukak kartu” – Membuka rahasia
10. “Ngrasani tangga” – Bergosip tentang tetangga
11. “Nyebar virus” – Menyebarkan kabar buruk
12. “Mbeber wadi” – Membuka rahasia
13. “Nggendong kabar” – Membawa berita tidak baik
14. “Nyebar rasan” – Menyebarkan gosip
15. “Mbukak borok” – Membuka aib
16. “Ngrasani konco” – Bergosip tentang teman
17. “Nyebar racun” – Menyebarkan fitnah
18. “Mbeber kedok” – Membuka kedok orang
19. “Nggendong fitnah” – Membawa fitnah
20. “Nyebar warta ala” – Menyebarkan berita buruk
Kata sindiran bahasa Jawa merupakan warisan budaya yang memiliki makna mendalam dan dapat digunakan untuk menyampaikan kritik secara halus namun tepat sasaran. Meskipun tujuannya untuk menyindir, penggunaan kata-kata ini tetap harus memperhatikan situasi dan kondisi yang tepat. Pilihlah kata sindiran yang sesuai dengan konteksnya dan hindari penggunaan yang berlebihan yang dapat menimbulkan konflik. Ingatlah bahwa tujuan utama dari sindiran adalah untuk mengingatkan, bukan untuk menyakiti atau mempermalukan orang lain.