TEMPO.CO, Jakarta – Direktur Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Tidak Menular Kementerian Kesehatan dr. Siti Nadia Tarmizi mengatakan metode deteksi dini kanker serviks dengan self sampling atau mengambil sampel mandiri dapat jadi solusi dalam meningkatkan minat perempuan dalam skrining kanker serviks.
“Self sampling kita sendiri yang ambil sampel mungkin nanti diajarin sama petugas, kalau ambil sendiri nggak malu, itu yang akan dicoba dari sisi kenyamanan apakah self sampling bagus karena banyak yang mau, apakah ini berlaku di Indonesia, tantangan hambatannya apa, karena kadang-kadang rasa tabu, malu masih ada itu yang bikin masyarakat kita nggak mau periksa,” kata Nadia dalam acara percontohan skrining kanker leher rahim HPV DNA di Jakarta, Kamis 28 November 2024.
Nadia mengatakan kebanyakan perempuan masih malu atau tidak mau melakukan skrining kanker serviks karena tidak nyaman, atau tidak ada persetujuan dari suami.
Hal itu membuat perempuan tidak mengetahui apa yang terjadi pada tubuhnya sehingga membuat penderita kanker serviks ketika di diagnosa sudah memasuki stadium lanjut dengan harapan hidup hanya dua sampai tiga tahun.
Pilot projek self sampling untuk deteksi dini kanker serviks yang dilakukan Roche dan USAID Momentum di Jawa Timur ini dikatakan Nadia bisa menjadi upaya untuk membantu program Kementerian Kesehatan dalam rangka mengeliminasi kanker serviks di Indonesia.
“Kanker leher rahim itu satu-satunya penyakit kanker yang bisa disembuhkan, dan makanya targetnya WHO itu bisa eliminasi kanker leher rahim, jadi sama kayak penyakit menular, kita bisa putus kejadian dari kankernya, dan kemudian kita bisa tekan serendah mungkin,” kata Nadia.
Nadia juga mengatakan kolaborasi dengan berbagai pihak diperlukan untuk menekan angka kematian akibat kanker leher rahim yang mencapai 70 persen. Selain itu gabungan deteksi dini dan vaksinasi juga diharapkan dapat menekan biaya pengobatan kanker leher rahim dan meminimalisir lesi pra kanker.
Kolaborasi dan koalisi ini merupakan bukti komitmen untuk mendukung Kementerian Kesehatan dalam percepatan rencana aksi nasional eliminasi kanker leher rahim pada 2023 sampai 2030, khususnya program screening HPV-DNA nasional. “Dengan HPV DNA lebih sensitif dan juga lebih dini untuk penemuan kasus-kasus kanker, harapannya bahwa kita gak ada meriksa atau mengetahui setelah dia pada stadium lanjut atau stadium 3 dan 4,” katanya.