Kesehatan

Bidan jadi Garda Terdepan Deteksi Anemia pada Ibu Hamil

3
×

Bidan jadi Garda Terdepan Deteksi Anemia pada Ibu Hamil

Share this article


TEMPO.CO, Jakarta – Dokter Kandungan, Ahli Fetomaternal Rima Irwinda mengatakan bidan menjadi garda terdepan untuk mendeteksi anemia pada ibu hamil. Dengan deteksi dini anemia pada ibu hamil oleh bidan dapat mengurangi risiko komplikasi serius bagi ibu dan anak. “Bidan perlu merekomendasikan skrining anemia tiap trimester kehamilan, suplementasi zat besi dan edukasi sejak dini kepada ibu hamil untuk mencegah dan mengatasi anemia secara efektif,” katanya pada diskusi Selasa 26 November 2024. 

Penting juga dipahami bahwa rata-rata kebutuhan total zat besi selama kehamilan adalah sekitar 1000 miligram. Kebutuhan terbesar terdiri atas 300 miligramm yang dibutuhkan untuk janin dan 500 gram untuk menambah masa hemoglobin maternal. Badan Kesehatan Dunia merekomendasikan suplementasi besi selama kehamilan 30 – 60 miligram/hari. Untuk negara dengan prevalensi melebihi 40 persen, suplementasi dilanjutkan hingga 3 bulan pasca salin. 

Bidan juga perlu melakukan konseling manfaat pemberian suplementasi besi sehingga ibu hamil patuh mengkonsumsi tablet besi sesuai anjuran. Selain suplementasi zat besi, konseling sumber makanan yang mengandung zat besi juga dibutuhkan untuk mencegah anemia defisiensi besi selama hamil. “Jika kebutuhan besi selama hamil tidak terpenuhi, ibu hamil berisiko anemia, preeklamsia dan perdarahan pasca salin, sedangkan janin berisiko lahir prematur, pertumbuhan janin terhambat, berat badan lahir rendah, dan infeksi perinatal,” katanya. 

Rima juga mengingatkan bahwa ibu yang anemia dapat menyebabkan anak lahir dengan persediaan zat besi yang sangat sedikit dan berisiko mengalami anemia pada usia dini. “Hal ini dapat meningkatkan gangguan atau hambatan pertumbuhan dan perkembangan anak, termasuk perkembangan otak,” katanya. 

Anemia Defisiensi Besi berpotensi menghambat pertumbuhan kognitif, motorik, sensorik, dan sosial anak. Jika tidak ditangani secara tepat, dampaknya dapat menjadi permanen. Hal ini dapat terjadi karena zat besi tidak hanya penting untuk membawa oksigen dalam darah, tetapi juga memiliki peran krusial dalam sistem kekebalan tubuh. “Salah satu faktor risiko yang meningkatkan kemungkinan anemia defisiensi besi pada anak di Indonesia adalah kurangnya zat gizi mikro dan konsumsi makanan kaya zat besi,” kata Rima. 

Faktor risiko lainnya adalah tidak ada pedoman atau peraturan untuk skrining rutin status zat besi, terutama pada anak sehingga perlu intervensi dari bidan sebagai pelayan kesehatan dasar untuk ibu dan anak. Zat besi sangat berperan dalam metabolisme energi, sistem oksidasi, perkembangan dan fungsi syaraf, koneksi sistem jaringan, dan sintesis hormon. Untuk itu, pemeriksaan kadar Hb penting dilakukan mulai usia 2 tahun dan selanjutnya setiap tahun sampai usia remaja. “Bila ditemukan anemia, dicari penyebab dan bila perlu dirujuk. Pada anak-anak, zat besi merupakan salah satu mikronutrien penting untuk proses tumbuh kembangnya,” kata Dokter Anak – Ahli Tumbuh Kembang Pediatri Sosial Rini Sekartini. 

Keseimbangan zat besi positif sekitar 1 mg asupan zat besi per hari. Karena sekitar 10 persen zat besi makanan diserap, 8-10 mg zat besi makanan harus dikonsumsi setiap hari. “Selain mengupayakan skrining defisiensi besi sejak dini, nutrisi dengan fortifikasi zat besi sebagai pendamping ASI, dapat membantu memenuhi kebutuhan zat besi, sehingga mengurangi risiko anemia pada anak,” kata Rini. 

Expert Community Medicine dan Medical and Scientific Affairs Director Danone SN Indonesia Ray Wagiu Basrowi mengatakan, anemia merupakan permasalahan yang perlu dicegah sedini mungkin. Ia melihat bahwa skrining anemia defisiensi besi merupakan kunci untuk mengurangi prevalensi anemia di Indonesia terutama bagi Ibu dan anak. “Karenanya, skrining non-invasif berupa pemantauan asupan zat besi berbasis kuesioner dapat menjadi pilihan solusi identifikasi awal risiko anemia defisiensi besi yang dapat dilakukan oleh tenaga kesehatan termasuk Bidan dalam fasilitas pelayanan kesehatan primer,” katanya. 



Source link

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *