TEMPO.CO, Jakarta – Mematuhi resep dalam meminum antibiotik penting untuk mencegah bahaya resistensi antimikroba pada diri sendiri dan orang lain, seperti keluarga, karena adanya sejumlah efek yang dapat berdampak pada keduanya.
“Kenapa antibiotik harus diminum berdasarkan anjuran resep? Karena ada beberapa alasan. Kita melawan, kita membunuh mikroba yang sebenarnya merupakan makhluk hidup. Jadi kalau kita lalai, dia akan mampu berpikir mencari jalan keluar agar bisa survive yang pada akhirnya bisa berujung pada kekebalan mikroba itu sendiri,” kata apoteker Rahmat Hidayat dalam siaran Kementerian Kesehatan pada Senin, 25 November 2024.
Menurutnya, ada beberapa efek resistensi antimikroba yang perlu diperhatikan. Yang pertama, apabila antibiotik sederhana tak lagi mempan mengobati akibat penggunaan sembarangan maka perlu obat antibiotik yang lebih kuat, yang harganya bisa lebih mahal.
“Namun, ada yang jauh lebih serius. Pada saat kumannya tidak mati dalam tubuh maka kuman itu akan tetap hidup. Kemudian dia keluar dari tubuh individu pertama. Dia akan pergi ke individu yang lain, misalnya anggota keluarga yang lain,” papar pria yang akrab disapa Mr. Matt itu.
Dia mencontohkan kuman itu keluar dari korban pertama, menempel di tanah, kemudian tertempel di korban selanjutnya. Karena kuman tersebut menjadi lebih kebal, akhirnya lebih sulit mengobatinya, bahkan ketika korban selanjutnya sudah patuh pada resep yang diberikan.
Beli di tempat legal
Karena itu, Mr. Matt pun mengingatkan kepatuhan meminum antibiotik bukan hanya untuk diri sendiri tetapi juga orang lain, termasuk anak dan cucu di masa depan. Dia menambahkan, meskipun antibiotik bekerja melawan kuman dan bukan pada tubuh, beberapa obat antibiotik dapat menyebabkan efek samping yang merugikan. Karena itu, pemberiannya perlu sesuai resep karena jika tidak dapat merusak organ seperti ginjal, bahkan telinga.
Mr. Matt menyebutkan antibiotik bekerja pada sejumlah komponen kuman, seperti pada DNA dan dinding sel. Dia menyebut antimikroba yang paling sering digunakan sembarangan adalah amoksisilin, yakni antibiotik yang menghambat pembentukan dinding sel.
“Jadi, beberapa antimikroba itu, antibiotik seperti amoksisilin, efek sampingnya kecil sekali. Diare misalnya, atau urinenya cuma berbau, sehingga pengguna tidak menganggap itu adalah hal yang serius. Akibatnya, dia tidak menganggap menggunakan antibiotik membahayakan tubuhnya,” jelasnya.
Dia menyebut antibiotik seperti itu masih bisa didapatkan secara mudah dan tak sedikit orang yang mendapatkannya dari tempat-tempat yang tak berwenang. Karena itu, perlu ada edukasi bagi publik tentang bahaya penggunaan antibiotik yang sembarangan, meminum antibiotik tidak tuntas, atau bahaya apabila mendapatkan obat-obat ini dari tempat-tempat yang tidak berwenang atau ilegal.