Kesehatan

3 Penyebab Gangguan Otot dan Sendi pada Penderita Stroke

5
×

3 Penyebab Gangguan Otot dan Sendi pada Penderita Stroke

Share this article


TEMPO.CO, Jakarta – Spesialis rehabilitasi medik di RSUD Pasar Minggu, Jakarta Selatan, Maria Regina R., mengatakan gangguan otot dan sendi dapat menurunkan kualitas hidup pasien setelah mengalami stroke.

“Gangguan pada otot sering menyebabkan kelemahan otot, kaku otot (spastisitas), dan pengurangan mobilitas atau gerak tubuh pada penderita stroke,” kata Maria dalam diskusi daring, Selasa, 5 November 2024.

Ia menjelaskan penyebab gangguan otot dan sendi pascastroke disebabkan tiga hal seperti adanya kerusakan sistem saraf pusat. Hal ini menyebabkan sistem saraf mengalami disfungsi motorik, mempengaruhi kontrol otot, dan persepsi rasa sakit.

Yang kedua adalah pasien mengalami imobilisasi pascastroke atau tidak bergerak berkepanjangan yang dapat mengurangi sirkulasi darah secara alami sehingga potensi risiko kaku otot dan sendi semakin meningkat. Penurunan aliran darah ke jaringan otot dan sendi juga berkontribusi pada kerusakan jaringan dan mengakibatkan nyeri kronis.

Gangguan otot dan sendi yang tidak ditangani akan berdampak panjang pada kondisi pasien berupa penurunan kualitas hidup yang signifikan seperti kesulitan menjalankan aktivitas sehari-hari, gangguan fungsi berjalan akibat stafosis yang meningkatkan risiko cedera lanjutan pada penderita stroke. Penderita juga bisa mengalami risiko stroke berulang akibat kondisi yang tidak aktif sehingga meningkatkan kejadian hipertensi, diabetes, dan kolesterol tinggi.

Jenis masalah otot
Ia juga menjelaskan jenis masalah otot yang dapat dialami penderita stroke. Sebanyak 20-30 persen kasus spastisitas, yakni peningkatan tonus otot yang menyebabkan kekakuan dan keterbatasan gerakan pada penderita. Kemudian ada kelemahan otot sebagian (paresis) atau total (plegi) yang terjadi pada satu sisi tubuh. Pada paresis, kekuatan otot hilang dan mengakibatkan penderita kesulitan mempertahankan posisi tubuh dan aktivitasnya.

Selain itu, ada gangguan kontrol motorik yang menyebabkan tremor dan refleks berlebih, mempengaruhi keseimbangan dan koordinasi tubuh. Menurut Maria, gangguan otot dapat disembuhkan apabila penderita rutin menjalankan terapi latihan. Terapi tersebut berfungsi untuk meningkatkan kekuatan dan fleksibilitas otot, meningkatkan lingkup gerak sendi, dan memperbaiki fungsi motorik.

“Pemakaian alat bantu atau penopang sendi juga bisa membantu memperbaiki posisi dan meningkatkan lingkup gerak pada sendi,” jelasnya.

Maria mengatakan penanganan masalah otot juga dapat lewat teknik stimulasi listrik. Teknik ini akan membantu merangsang kontraksi otot, meningkatkan sirkulasi darah, dan proses pemulihan.



Source link

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *