Puisi adalah sebuah karya sastra yang dibangun oleh larik dan bait, serta memiliki rima dan irama. Puisi juga merupakan seni kata yang menggugah perasaan, mencerminkan pemikiran, dan menyampaikan pesan dengan cara yang indah dan kreatif. Ada banyak tema yang dapat diangkat untuk membuat puisi, salah satunya adalah tentang ibu.
Puisi tentang ibu dapat mengangkat banyak sisi dari ketulusan dan perjuangan seorang ibu dalam membesarkan anaknya.
Puisi tentang Ibu
Sajak Ibu – Wiji Thukul
ibu pernah mengusirku minggat dari rumah
tetapi menangis ketika aku susah
ibu tak bisa memejamkan mata
bila adikku tak bisa tidur karena lapar
bila kami merebut jatah makan
ibuku memberi pelajaran keadilan
mengubah rasa sayur murah
ibu menangis ketika aku mendapat susah
ibu menangis ketika aku bahagia
ibu menangis ketika adikku mencuri sepeda
ibu menangis ketika adikku keluar penjara
ibu adalah hati yang rela menerima
selalu disakiti oleh anak-anaknya
adalah kilau sinar kegaiban Tuhan
ibu mengenalkan aku kepada Tuhan.’
Ibu – Ridwan Kamil
Di rahimmu, engkau menumbuh kembangkan hidupku 9 bulan lamanya.
Di ayunanmu, engkau menyusui mengalirkan energi hidupku 15 bulan lamanya.
Di telapak kakimu, engkau hadirkan surga selamanya di sana.
Di sejuknya kearifan dan nasihatmu, engkau selalu sempurnakan perilaku dan akhlakku.
Di perlindungan bait-bait doamu engkau selalu jaga keselamatan duniaku.
Puisi Ibu – Ani Yudhoyono
Ibu, engkaulah yang kulihat pertama kali ketika kuhadir di dunia.
Tanpamu, aku bukanlah siapa-siapa.
Terima kasih Ibu, untuk semua yang kau lakukan untukku.
Kasih dan sayangmu, kan kukenang selalu.
Hormat dan baktiku untuk Ibuku.
Selendang Batik Ibu – Amalia N ajichah
Kala itu, sebagai anakmu
Apa saja yang telah kau berikan
betapa luar biasanya dirimu
terima kasih, Ibuku
Sajak Ibuku yang Perkasa – Ari-ari Rasidi
Seorang ibu tegar menatap arah
Perempuan perkasa ditinggal suami
Tanpa ada tetes air mata mengalir
Perempuan cantik tertakdir berjuang seorang diri
Di tangannya bergelantungan empat buah hati
Perempuan perkasa berhati baja
Hadir sebagai seorang pahlawan keluarga
Ditempuhnya jalan buram dengan tertatih-tatih
Terseok-seok memburu rupiah demi rupiah
lewat putaran roda mesin jahit
Perempuan perkasa berhati mulia
Dari jiwanya mengucur embun-embun bening
Air suci bersih tulus dan ikhlas
Tekad di dadanya membara satu
Membesarkan menyekolahkan anak-anak setinggi langit
Walau fisik dan batin luka arang keranjang
Terus ditempuhnya jalan berliku kadang terjal
Hatinya selembar jarit bercorak sidomukti
Bagi selimut keselamatan empat anak-anaknya
Perempuan perkasa berhati mulia
Telapak kakimu adalah surga bagi kami
Jiwa dan raga rela dikorbankan demi kami
lewat sajak ini kulangitkan doa untukmu ibu
Tepat di hari ibu yang membahagiakan.
Ayah dan Ibu – Bambang Tri Subeno
Engkau berdua adalah samudra
Menampung segala keluh kesah
Selalu menghadirkan kehangatan
Memberi kesejukan tanpa diminta
Kalian adalah musik syahdu
Menghibur dan menenangkan
Merindu Ibu – Budi Wahyono
Tertidur di karpet biru lantai perpustakaan
aku kepungi rak-rak buku — dan sesegera kuingat ibu
anak-anak seusiaku dibelai dongeng ibu, dari bagaimana cara bahagia hingga
kalimat panjang yang menghela dongeng bahaya perang
kelaparan, kemiskinan yang sulit pupus
di bongkahan negeri tandus
dari lubang jendela sebelah aku mendengar ibu mendongeng kepul kopi
sagu, padi, singkong dan panen tak henti di sebuah negeri
semua bisa kita miliki ketika kita terus semangat memeras keringat
kita baru bisa panen raya seperti mereka
ketika malam merambat tiba, diam-diam aku menyimpulkan hidup harus terus bekerja. Seperti ibu yang kurindu
yang masih mengembara di negeri seberang
ibu yang kurindu – pasti akan segera pulang.
Terjaga dalam 24 Jam – Emi Fauzi Ati
Saat kedua kelopak mata ini terbuka
Malam telah menjemput pagi
Tersadar di antara ketidaksadaran
Ibu, sejak sang surya menyapa
Engkau sudah lebih dulu mengisi dunia
Ibu engkau masih terjaga ketika anakmu menjelang tidur
Engkau masih terjaga saat anak-anak minta diantar ke kamar kecil
Engkau masih terjaga dalam dua per tiga malam
Bersimpuh dengan tangan tengadah
Air mata mengalir tersimpuh
Terucap lirih dalam perih
Ketika Ibu Pergi – Handry TM
ketika ibu pergi, seisi rumah sepi
kami bertemu di ruang tamu, di dapur,
di kamar tidur, di ruang aku belajar
selalu ibu bertanya tentang apa
ibu adalah teman di mana kami
saling berbagi, saling memberi
kami adalah anak-anak yang lahir
kadang ibu sering bertanya tentang
siapa yang kelak terlebih dahulu
ayah terlebih dahulu, ibu kemudian
hanya air mata yang menetes setiap
membayangkan orang tua pergi
tapi tidak berarti seperti itu
Tuhan pun boleh saja memanggil
kami, anak-anak yang belum lama
tinggal di dunia untuk menghadap-Nya
dan kini, ketika ibu pergi
rumah ini memberi pelajaran besar
tentang arti kehilangan tadi
aku ingin memelukmu
Ibu Sahabatku – Hidar Amaruddin
Ketika aku terlahir menjerit kesepian,
pada dunia yang baru aku kenal,
kau alirkan air putih yang mampu,
menghangatkan. Saat tubuhku mungil menggigil.
Tanpa telinga kau mendengar kubercerita,
Tanpa tubuh kau usap peluh,
Tanpa mata kau melihatku tertawa,
Tersisa hati, yang tak henti mengasihi.
Kata-kata berubah menjadi doa.
Hangat dirimu memelukku, meski doa tak sempat kuucap.
masih inginkah kau, menjadi sahabatku di dunia?
Bahasa Ibu – Hillari Dita Regi
bahasa ibu adalah bahasa jujur dan sederhana
yang tak kenal lelah diajarkan sejak mulut kita belajar mengeja
dengan irama dan nada terbata-bata
bahasa ibu adalah bahasa kesetiaan
yang diajarkan di sela-sela menyantap makan
meminta minum – merindu mandi
girang bermimpi renang – menghapal nama-nama mal
bahasa ibu adalah bahasa yang mengantarkanku
fasih membaca alam. Panas, hujan, angin berdebu
yang menuntun tatih langkah dewasaku
bahasa dari ibu harus kalian syukuri
selagi kamu merasa tumbuh besar dan mewangi
mampu mengenal bahasa warna-warni seperti ini.
Pilihan Editor: 20 Puisi tentang Ayah, Penuh Haru dan Menginspirasi